ESANDAR, Jakarta – Harga Emas dalam perdagangan di bursa berjangka berakhir lebih rendah. Pada perdagangan Rabu (15/03/2018), harganya turun tipis dari apa yang mereka dapatkan sehari sebelumnya. Pasar sendiri menandai satu dekade sejak harga pertama mereka menembus $ 1.000 per troy onz.
Penguatan dolar menekan harga, meskipun data ekonomi AS terkini menunjukkan bahwa harga inflasi grosir hanya naik 0, 0,2% pada bulan Februari, dan penjualan ritel justru turun pada bulan Februari untuk bulan ketiga berturut-turut.
Harga komoditas logam mulia ini untuk kontrak pengiriman bulan April kehilangan $ 1,50, atau 0,1%, untuk bertahan di $ 1,325.60 per troy ounce. Pada perdagangan hari selasa, harga emas naik $ 6,30, atau 0,5%. Ini merupakan kenaikan dolar dengan sesi dan persentase terbesar sejak 6 Maret, menurut data FactSet.
Kenaikan harga Emas sebelumnya bisa terjadi karena dolar A.S. melunak. Sentimen pendorong adalah krisis politik di Washington, dimana Presiden Donald Trump memecat Menteri Luar Negeri Rex Tillerson. Hal ini mendorong permintaan aset safe haven yaitu emas. Harga emas dalam kontrak kali ini diperdagangkan secara fluktuatif dalam kisaran yang relatif ketat.
Sejarahnya, harga logam kuning ini di bursa London untuk pertama kali menembus $ 1.000 per ounce pada 14 Maret 2008. Kontrak emas berjangka, berdasarkan kontrak paling aktif, pertama menyentuh level tertinggi intraday di $ 1.001,50 pada 13 Maret 2008, dan menandai permukiman pertama mereka di atas $ 1.000 pada 17 Maret 2008.
Setidaknya butuh waktu lebih dari 18 bulan untuk emas bertahan diatas $ 1.000. Selanjutnya sejak tanggal 2 Oktober 2009, harga emas tidak lagi dikisaran tiga angka. Kini pada bulan Maret 2018, rasa tenang kembali.
Ada sedikit urgensi untuk menawar harga emas jauh lebih tinggi sekarang. Dolar AS cenderung melemah, dimana kini berada di level 89,70. Sejumlah kekhawatiran seputar proteksionisme A.S. dan drama politik membuat harga logam mulia bisa bangkit kembali.
Dalam jangka menengah hingga panjang, harga emas masih berpeluang naik. Meskipun ekspektasi suku bunga A.S. yang lebih tinggi cenderung menciptakan gangguan pada kenaikan harganya, namun tren bullish dalam jangka pendek bisa muncul dari ketidakpastian saat ini.
Memang data ekonomi awal pekan ini menunjukkan adanya kenaikan ringan untuk tingkat konsumen. Kenaikan inflasi bisa menambah tekanan pada the Fed untuk mempercepat kenaikan suku bunga, yang bisa mengangkat dolar, meski mencekik pasar saham. Logam Mulia ini, pada gilirannya, meskipun dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga yang lebih tinggi, dapat menarik permintaan lindung nilai terhadap inflasi yang terlalu panas. Dampak kebijakan perdagangan juga menjadi latar belakang perdagangan baru-baru ini.
Emas sebagai aset safe-haven dapat menemukan dukungan jika pasar saham mendapat tekanan lagi, terlebih jika dolar juga turun lebih lanjut sebagai dampak pembalasan terhadap kebijakan proteksi Trump.
Pada perdagangan hari Rabu kemarin, indeks saham utama AS ditutup beragam karena harga logam mulia melonjak pada hari Rabu. Namun, dalam jangka pendek, banyak hal akan bergantung pada proyeksi inflasi dan kenaikan suku bunga Fed minggu depan. (Lukman Hqeem)