Harga Emas Turun Mengantisipasi FOMC

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas pada hari Selasa (13/03/2018) mencatat kenaikan satu hari terbesar mereka dalam seminggu. Melunaknya dolar AS paska pemecatan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson oleh Presiden Donald Trump, kemudian digantikan oleh Mike Pompeo, direktur Central Intelligence Agency (CIA) saat ini, membantu meningkatkan permintaan aset safe haven atas Logam kuning.

Greenback telah menghentikan kenaikan sebelumnya ketika sebuah data mengenai inflasi tingkat konsumen A.S. lebih lunak dari ekspektasi yang diharapkan. Kondisi ini mengugat apakah The Federal Reserve dapat lebih agresif dalam menaikkan suku bunga tahun ini.

Harga Emas untuk kontrak April naik $ 6,30, atau 0,5%, di $ 1,327.10 per ounce setelah menyentuh titik terendah sebelumnya di $ 1,313.80. Itu adalah kenaikan satu dengan persentase dan dolar terbesar sejak 6 Maret. Sekaligus menjadi catatan akhir perdagangan tertinggi sejak 7 Maret.

Berita bahwa Tillerson dipecat sebagai Menteri Luar Negeri A.S., oleh Presiden Donald Trump, tampaknya telah mengangkat daya tarik emas. Dengan latar belakang ini, Indek Dolar ICE, turun 0,2% menjadi 89,69. Dalam sebulan, Indek Dolar AS telah turun menjadi sekitar 1%.

Hubungan terbalik antara emas dan dolar tetap kuat, dimana secara keseluruhan, volatilitas pasar emas sudah rendah. Logam tersebut telah mengalami tren penurunan sejak akhir Januari, dengan kemungkinan kenaikan suku bunga dari Federal Reserve bulan ini, terlihat tekanan pada harga emas masih akan berlanjut.

Indeks harga konsumen (IHK) A.S. naik 0,2% ringan di bulan Februari setelah kenaikan 0,5% yang mengkhawatirkan pada bulan pertama tahun ini. Keuntungan tersebut sebagian besar sejalan dengan ekspektasi Wall Street. Keuntungan tersebut mendorong tingkat tahunan hingga 2,2%, hanya sebuah tikungan yang lebih tinggi dari survei MarketWatch yang diperkirakan para ekonom.

Dari data tersebut, inflasi AS nampak merayap, menyebabkan sedikit kekhawatiran di kalangan pedagang dan investor. Namun, dengan sebagian besar data inflasi dunia yang dilaporkan pada kisaran kenaikan 2,0% baru-baru ini, tentu tidak ada alasan untuk waspada.

Harga Emas melemah dan dolar menguat oleh angka inflasi yang lebih kuat dari perkiraan. Hal ini bisa mendorong bank sentral AS menaikkan suku bunga bisa empat kali kenaikan, bukan tiga kali sebagaimana yang sebelumnya Federal Reserve siapkan dalam rencananya. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga di bulan Maret. Untuk alasan ini, investor menjadi sangat sensitif terhadap data inflasi.

Kenaikan inflasi bisa menambah tekanan pada the Fed untuk mempercepat kenaikan suku bunga, yang bisa mengangkat dollar, mencekik pasar saham dan harga Emas pada gilirannya. Meskipun harga emas dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga yang lebih tinggi, mereka dapat berbalik menjadi tujuan investasi yang menarik manakala permintaan lindung nilai terhadap inflasi yang terlalu panas muncul. (Lukman Hqeem)