ESANDAR, Jakarta – Setelah sekian waktu melemah, investor perlu mempertimbangkan untuk mengakhiri keyakinannya akan pandangan bullish dolar AS.
Ahli strategi Wells Fargo dalam sebuah catatan penelitian pada hari Selasa (13/03/2018) membeberkan kasus ini. Menurutnya, mungkin sudah waktunya untuk melepaskan bayang-bayang kenaikan Dolar AS, dengan rasa sakit yang besar pada dolar AS. Bank sentral AS sekalipun tidak berpikir bahwa uang mereka akan kehilangan status sebagai mata uang globalnya.
Mengawali pendapatnya, dikatakan bahwa Dolar A.S. adalah mata uang yang paling banyak digunakan dan paling mudah didapat di dunia, tulis Austin Pickle, analis strategi investasi Wells Fargo. Menurutnya, memang bukan sebuah bahaya apabila Dolar AS kehilangan status itu. Namun, memang kepentingan dolar tidak sama dengan kekuatan, ungkapnya.
Menilik pada penurunan dolar, yang diukur oleh Indeks Dolar AS telah mengumpulkan momentum sejak puncaknya yang terakhir pada akhir 2016. Namun apabila melihat kurun waktu yang lebih lama, katakanlah 50 tahun, greenback telah benar-benar cenderung turun lebih rendah, kata Pickle. Ini adalah peringatan darinya kepada investor agar memperhatikan tren pelemahan yang berlarut-larut ini.
Pickle beralasan bahwa tren turun tersebut kemungkinan tidak akan terhenti oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve, berakhirnya kebijakan uang mudah oleh bank sentral lain, ataupun stimulus fiskal lebih lanjut di A.S. Perkiraan kami adalah dolar AS akan terdepresiasi setidaknya hingga sisa 2018. Pinjaman pemerintah AS yang lebih berat, pemulihan ekonomi internasional berbasis luas, dan akan diakhirinya kebijakan akomodatif Eropa dari siklus masa lalu berulang, akan membuat dolar AS lemah bahkan hingga tahun-tahun selepas 2018, tambahnya.
Lantas apa yang harus dilakukan oleh investor dalam mengantisipasi suramnya masa depan Dolar AS ini. Menurut Pickle, diversifikasi adalah langkah yang harus dilakukan investor untuk berjaga-jaga terhadap masa depan dolar yang suram. Investor bisa mengalokasikan dolar AS untuk ekuitas pasar internasional dan pasar berkembang. Ini merupakan dua cara termudah dan paling efektif untuk melindungi portofolio dari penurunan dolar, ujarnya.
Dalam dolar, saham internasional yang banyak terdapat dipasar-pasar maju, secara konsisten mengungguli saham domestik saat dolar terdepresiasi – dan sebaliknya,ungkapnya. Demikian pula, pasar saham disejumlah negara berkembang, yang diukur oleh IShares MSCI Emerging Markets juga bisa mengungguli saham A.S. dipasar domestik dalam dolar, laporan Wells Fargo mengindikasikan.
Saham global telah terbukti menjadi aset lindung nilai bagi dolar yang lebih konsisten daripada emas yang dianggap sebagai aset lindung nilai tradisional, tulis Pickle. Ia mengutip bagimana pasar dalam kondisi bearish di tahun 1980an, dimana emas gagal menyangga investor atas Dolar yang tertindas.
Saat ini, komoditas sedang berjuang lepas dari siklus super bearish mereka sendiri, kami memiliki prospek jangka pendek yang tidak menguntungkan mengenai emas, dan komoditas lainnya pada umumnya,” kata Pickle. Harga emas, yang ditutup pada $ 1,327.10 per ounce pada hari Selasa, sebagai tingkat tertinggi dalam waktu sekitar satu minggu, bisa mengantarkan harga emas di 2018 ke wilayah negatif. (Lukman Hqeem)