ESANDAR, Jakarta – Harga emas naik pada hari Selasa, tertinggi dalam dua setengah minggu, karena dolar A.S. turun tajam. Untuk kontrak pengiriman bulan April, harga emas berakhir naik $ 15,30, atau 1,2%, di $ 1,335.20 per troy ons.
Meski sebagian besar saham di bursa mengalami kenaikan, permintaan investasi ke logam mulia tetap tinggi, bahkan ketika kekhawatiran seputar perang perdagangan dan ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah mereda sekalipun.
Indek Dolar AS turun 0,6% membantu kenaikan harga logam mulia. Dalam beberapa hari terakhir mengingat harga emas telah berada pada level terendah tahun ini. Kamis lalu dan mencatat kerugian bulanan pertama, pada bulan Februari, sejak Oktober. Melemahnya dolar membuat harga emas di unit AS. lebih menarik bagi investor yang menggunakan mata uang lain.
Melemahnya Dolar AS dipicu karena kekhawatiran seputar perang perdagangan global. Donald Trump menghadapi tekanan politik yang kuat untuk melunakkan pendiriannya terhadap pengumuman tarif perdagangannya. Pelaku pasar berharap kesepakatan baru NAFTA yang ditandatangani mungkin bisa mengubah pikiran Donald Trump terhadap masalah tarif ini.
Tanda-tanda kenaikan harga emas terbaca setelah minggu lalu Donald Trump melancarkan cuitan terkait perang dagang global. Aksi balasan dari Negara-negara lain termasuk Uni Eropa, memanaskan kondisi dan mendorong Dolar AS dan bursa saham melemah. Mata uang tersebut jatuh ke posisi terendah 16 bulan terhadap mata uang safe haven Jepang dalam pedagangan USDJPY, akhir pekan lalu.
Bursa saham berbalik menguat setelah kekhawatiran ini mereda pada hari Selasa, menunjukkan kemudahan saat ini dalam kegelisahan seputar perdagangan. Ketua DPR Paul Ryan memperingatkan tentang dampak potensial jika rencana Trump untuk memberlakukan tarif impor baja dan aluminium terus berlanjut – merupakan bagian dari perlawanan oleh beberapa orang Republik terhadap rencana tersebut.
Sementara itu, kantor kepresidenan Korea Selatan dilaporkan mengatakan kedua Korea akan mengadakan pertemuan puncak pertama mereka dalam lebih dari satu dekade pada akhir April. Itu terjadi setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan seorang delegasi senior dari Korea Selatan di Pyongyang dan mengatakan bahwa dia ingin “menulis sebuah sejarah baru penyatuan kembali nasional” untuk kedua negara. (Lukman Hqeem)