ESANDAR, Jakarta – Harga minyak mentah terus naik ditengah melemahnya Dolar AS. Pandangan terbaru dari Goldman Sachs memperkuat kenaikan harga saat ini.
Semalam Goldman Sachs memberikan pandangan ke investor bahwa kombinasi antara kepatuhan OPEC dalam menjaga pasokan minyak dunia serta sisi permintaan dunia yang terus meningkat membuat persediaan minyak dunia akan terus menurun pada tahun ini dan dunia membutuhkan sumber-sumber produksi baru untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam laporan akhir bulannya, OPEC menyatakan bahwa komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph tengah meraih prestasi yang lebih di mana telah mencapai 138% kepatuhan yang bisa diraih oleh anggota OPEC tersebut di bulan lalu. Sisi produksi minyak Venezuela yang terus merosot karena masalah keuangan, membuat capaian prestasi tersebut bisa diraih. Terakhir produksi minyak Venezuela hanya 1,6 juta bph, jauh di bawah produksi normalnya 2 juta bph.
Hal ini membuat harga minyak West Texas Intermediate ditutup menguat $1,37 atau 2,12% di level $66,10 per barel. Sedangkan Brent ditutup menguat $0,94 atau 1,36% di harga $69,05 per barel.
Sejauh ini, dalam perdagangan 5 bulan terakhir kedua harga minyak secara bulanan telah menguat secara berturut-turut hingga Januari di mana minyak Brent telah naik 3,3% dan minyak WTI naik 7,1% dan Januari merupakan permulaan perdagangan tahunan terbaik sejak 5 tahun bagi Brent dan 12 tahun bagi WTI.
Pandangan Goldman Sachs bahwa harga minyak akan lebih cepat 6 bulan dari perkiraan awal tentang kenaikan harganya dari semula $62 per barel menjadi $75 per barel di 3 bulan mendatang, $82,05 per barel untuk 6 bulan mendatang dan $75 per barel untuk 12 bulan mendatang.
Penguatan minyak juga didukung oleh turunnya persediaan dari bensin dan minyak bakar memang sedikit mengejutkan investor minyak sebagai pertanda bahwa produksi minyak mentah AS yang tinggi dan kurang diimbangi dengan aktivitas kilang pengolahan minyak yang sedang menurun dan sebuah permintaan yang besar dari konsumen AS membuat beberapa produsen pengolahan minyak AS akan menaikkan kemampuan produksinya.
Namun kenaikan harga minyak sedikit terbatas karena EIA menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 44 ribu bph menjadi 9,919 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph. (Lukman Hqeem)