ESANDAR, Jakarta – Dolar AS terus tertekan pada perdagangan Kamis (25/01/2018), dimana kekhawatiran masalah politik dan hutang domestic AS membuat berat Dolar untuk menguat. Disisi lain, sejumlah kebijakan bank sentral lain ikut bermain mengejar retorika dengan The Fed terkait masalah stimulus ekonomi. Bank of Japan sendiri meski tidak sesuai dengan beberapa ekspektasi, namun yen masih menguat naik sepanjang minggu ini.
Isu mengenai Presiden Trump dalam pertemuan ekonomi dunia di Davos pun telah mendukung pelemahan dolar. Ditambah dengan pernyataan Menteri Keuangan Steven Mnuchin yang mendukung penurunan dolar sebagai keuntungan bagi ekonomi Amerika Serikat.
Beberapa kebijakan AS memang sangat tidak bersahabat bagi importirnya dengan contoh kenaikan bea masuk serta membuat ketat terhadap aturan hak paten terhadap barang impor. Tujuannya memang menahan impor dan sedang memperbaiki defisit perdagangannya sehingga nuansa menghindarkan diri terhadap shutdown karena kekurangan dana belanja bisa terwujud.
Perang mata uang dan perang perdagangan yang diinginkan Presiden Trump tersebut masih akan membuat dolar AS terus tertekan dan ini memang kehendak Trump dan The Fed sendiri karena The Fed juga mempunyai masalah terhadap defisit neracanya. Sejauh pelemahan dolar AS ini terjadi, pejabat The Fed pun juga seakan diam seribu bahasa dan tanpa perlawanan sama sekali. Itulah sebuah bentuk ‘pembiaran’.
Kondisi seperti ini sebetulnya pihak di luar AS harusnya waspada tinggi karena bila dibiarkan maka sisi normalisasi kebijakan moneter AS akan berjalan lebih cepat daripada pemikiran semua pihak sehingga bank-bank sentral dunia lainnya akan kedodoran menyusul kenaikan suku bunga The Fed.
Bila tertinggal maka bank-bank sentral tersebut akan kesulitan memperbaiki atau memulihkan ekonominya kembali karena produktivitas dalam negerinya akan melemah tajam. Hal ini bisa terjadi ketika dolar AS melemah tajam seperti semalam maka sisi ekspor ke AS dengan sendirinya akan tertahan karena harga barangnya akan terlihat lebih mahal dari sebelumnya sehingga produktivitas dalam negeri serta sektor tenaga kerja langsung terimbas negatif dan sering juga menimbulkan resesi model baru.
Perlu kewaspadaan tinggi apalagi pertemuan World Economic Forum di Davos esok malam menghadirkan sosok kontroversial yaitu Presiden Trump. Angela Merkel dan Emmanuel Macron sendiri semalam juga menyatakan pernyataan dengan nada ‘defensif’ sebagai bentuk antisipasi terhadap munculnya sosok Trump tersebut.
Berdasarkan grafik 1 jam, pergerakan USDJPY terlihat masih menurun di level kritis 108.968. pasangan mata uang ini bersiap menguji level resistance 109.552. Sedangkan harapan bearish yang mendominasi sejak awal bulan ini masih berpeluang menuntun USDJPY menuju level support 108.146. Kemarin USDJPY turun hingga 108.95 dan berakhir negatif 1,0% di 109.19. Penguatan yen terhadap Dolar AS tertahan di level 76,4% retracement Fibonacci di 109.05. Level terendah kemarin kini menjadi support intraday. (Lukman Hqeem)