ESANDAR, Jakarta – Emas sejatinya merupakan asset pengaman investasi saat inflasi menggerus nilai investasi. Sayangnya, ditengah ekspektasi kenaikan inflasi saat ini, harga emas justru tumbang. Kenaikan imbal hasil Obligasi AS menjadi penyebab penurunan kali ini.
Sebagai asset investasi yang tidak memberikan bunga, emas menjadi kurang diminati investor manakala harus bersaing dengan asset yang memberikan bunga. Pada perdagangan dipasar uang hari Kamis (18/01/2018), imbal hasil Obligasi AS mengalami kenaikan menyusul pertumbuhan ekonomi Cina yang stabil.
Harga emas sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Pada penutupan perdagangan, harga emas sempat turun di $1.326,70 kemudian berakhir lebih tinggi hanya 0,05 persen dibandingkan penutupan di sesi sebelumnya. Padahal pada pertengah sesi perdagangan, harga emas sempat menjulan hingga ke $1.332,90.
Jatuhnya harga emas diperkirakan masih akan berlanjut hingga ke kisaran $1.320 – $1.325, meski demikian, penguatan sesaat berpeluang terjadi dimana pelaku pasar kemungkinan akan menemukan momentum beli setelah harga terkoreksi cukup dalam.
Sejauh ini para pialang tetap menjaga tren kenaikan pada logam kuning karena data pada minggu lalu menunjukkan bahwa mereka meningkatkan posisi beli pada emas untuk minggu keempat berturut-turut. Posisi beli naik tajam dari 40.000 kontrak ke 203.300 kontrak, level tertinggi enam minggu, menurut laporan Commitment or Traders (COT) terbaru.
Pada sesi penutupan pekan ini fokus para investor dan trader akan terpusat pada apakah pemerintahan AS akan ditutup sementara atau tidak. (Lukman Hqeem)