ESANDAR, Jakarta – Harga Minyak mentah dalam perdagangan awal minggu ini baik jenis West Texas Intermediate (WTI) atau Brent sama-sama menguat tipis. Kenaikan harga ditopang keyakinan bahwa pembatasan produksi yang dilakukan oleh OPEC bisa berjalan.
OPEC dan 11 negara produsen minyak non-OPEC, sejak awal 2017 lalu sepakat untuk melakukan pembatasan produksi minyak sebesar 1,8 juta bph hingga akhir 2017. Akhir semester pertama 2017, waktu pembatasan produksi dimundurkan lagi hingga akhir kuartal pertama 2018, dan November tahun lalu, waktu pembatasan produksi tersebut menjadi akhir 2018.
Dari OPEC juga dilaporkan bahwa tingkat kepatuhan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph naik dari 125% di November menjadi 128% di Desember lalu.
Alhasil membuat harga minyak jenis WTI kontrak Januari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,09 atau 0,15% di level $61,53 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,04 atau 0,06% di harga $67,66 per barel.
Tingginya harga minyak juga didukung oleh tingginya aktivitas industri di Eropa, Asia dan AS, sehingga permintaan minyak sedang membaik namun di sisi lain terdapat beberapa gangguan pasokannya seperti gangguan cuaca dan masalah politik. Penguatan harga minyak pekan lalu didukung oleh penundaan pengiriman minyak AS oleh tanker-tanker yang akan berlayar ke seluruh dunia, karena kondisi cuaca yang buruk sedang terjadi di sebagian besar kawasan AS sedang dilanda musim dingin yang ekstrem. Tentunya kondisi ini dapat menganggu pasokan minyak dunia.
Sebelumnya harga minyak masih bertahan di level tertinggi sejak 2 setengah tahun karena investor gusar melihat kondisi politik Iran yang kurang kondusif sejak akhir tahun lalu. Iran seperti kita ketahui merupakan negara produsen minyak OPEC terbesar ke tiga dimana para demonstran menuntut turunnya rezim yang berkuasa karena gagal memperbaiki ekonomi Iran.
Tuntutan para pendemo Iran tersebut sejauh ini memang belum mengganggu layanan terhadap produksi dan ekspor minyak Iran, namun investor kuatir akan terjadinya sanksi yang bisa dijatuhkan AS sewaktu-waktu seperti berupa embargo minyak kembali yang terjadi beberapa tahun lalu sehingga bisa merubah peta pasokan minyak dunia.
Pembatasan naiknya harga minyak karena produksi minyak Serpih AS sudah mendekati angka 10 juta bph dimana pekan lalu EIA melaporkan bahwa produksi minyak serpih AS naik 28 ribu bph menjadi 9,8 juta bph. Beruntung penguatan terwujud kembali setelah Baker Hughes melaporkan bahwa 5 kilang minyak AS sudah di non-aktifkan sehingga secara total kilang yang aktif menjadi 742 kilang atau turun dari pekan sebelumnya. (Lukman Hqeem)