ESANDAR, Jakarta – Dow Jones dan dua bursa saham AS lainnya, membukukan keuntungan dan rekor tertingginya dalam perdagangan akhir minggu kemarin. Data ekonomi AS mengenai lapangan kerja, meski tidak memuaskan namun cukup mendorong pasar naik.
Indek Dow Jones berakhir naik 220,74 poin atau 0,9% menjadi 25.295,87. Indeks S & P 500 ditutup naik 19,16 poin atau 0,7% pada 2.743,15. Indeks Nasdaq naik 58,64 poin menjadi 7.136,56, atau naik 0,8%.
Menutup perdagangan minggu pertama tahun 2018 dengan hasil gemilang, membuat bursa saham As cukup percaya diri menatap tahun ini. Untuk bursa S & P 500 dan Nasdaq, ini adalah rekor penutupan keempat secara berturut-turut, sementara Dow mengukir posisi ketiga berturut-turut. Basis pasar yang luas telah ditutup pada rekor pada empat hari perdagangan pertama tahun baru, pertama kali melakukannya sejak 1964.
Untuk minggu ini, Indek Dow Jones naik 2,3%, Indek S & P 500 naik 2,6%, sementara Indek Nasdaq naik 3,4%. Dow Jones membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak periode yang berakhir pada 1 Desember 2017, Bursa S & P 500 mencatat kenaikan mingguan terbaik sejak 11 November 2016, dan Bursa Nasdaq mencatat kenaikan terbaiknya pada periode yang sama sejak 9 Desember 2016 .
Sejumlah sentimen menjadi pendorong kenaikan psar saat ini. Keuntungan selama sepekan telah didukung oleh paket pemotongan pajak perusahaan yang baru-baru ini diloloskan, kenaikan harga komoditas, dan pendapatan perusahaan yang kuat. Data ekonomi yang solid dan imbal hasil obligasi yang rendah juga telah disebut sebagai faktor pendukung.
Pemerintah AS mengumumkan adanya lapangan kerja sebanyak 148 ribu tercipta dibulan Desember kemarin. Meski ada penambahan, namun ini adalah laju yang paling lambat dalam tiga bulan terakhir. Pasar berharap, penambahan yang terjadi bisa mencapai 198 ribu. Sementara itu, tingkat pengangguran AS tetap stabil di angka 4,1% selama tiga bulan beruntun ini. Disisi lain, tunjangan pekerja meningkat 2,5% dari Desember 2016 sampai Desember 2017, naik dari 2,4% di bulan sebelumnya.
Secara terpisah, defisit perdagangan A.S. melebar 3,2% di bulan November menjadi $ 50,5 miliar, selisih perdagangan tertinggi sejak Januari 2012. Angka ini tidak terpaut jauh dengan jajak yang dilakukan MarketWatch sebesar $ 50 miliar.
Data ekonomi lainnya pada hari Jumat, dikatakan indeks nonmanufacturing Institute for Supply Management (ISM) turun 1,5 poin menjadi 55,9% di bulan Desember. Pesanan pabrik A.S. naik 1,3% di bulan November, laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan, dan kenaikan bulanan keempat berturut-turut.
Dengan angka lapangan kerja tersebit, pasar cukup percaya diri. Meski tidak terlalu tinggi namun dianggap cukup bersahabat dengan target The Federal Reserve. Dengan demikian, harapan kenaikan suku bunga melebar. Angka yang masih dibawah ekspektasi, tidak cukup lemah bagi investor untuk dijadikan alasan sehingga merasa harus menjual posisi mereka. Angka yang hanya satu bulan tidak bisa mencerminkan keseluruhan, dimana rata-rata dalam beberapa bulan terakhir, justru pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan penguatannya.
Sayangnya, kondisi yang meyakinkan pasar itu masih dipandang sebelah mata oleh salah satu pejabat Bank Sentral AS. Gubernur Bank Sentral AS wilayah Philadelphia, Patrick Harker pada hari Jumat mengatakan bahwa dia menilai bank sentral A.S. hanya akan menaikkan suku bunga dua kali tahun ini. Lebih rendah dari informasi kebanyakan, bahwa di 2018 The Federal Reserve setidaknya akan menaikkan tiga kali kenaikan suku bunganya.
Padahal Gubernur Bank Sentral AS wilayah Cleveland Loretta Mester secara meyakinkan mengatakan kepada CNBC pada hari Jumat bahwa laporan pekerjaan tersebut kuat dan dia dapat memperkirakan kenaikan tiga atau empat di tahun 2018. “Saya pikir pada dasarnya kami pada lapangan kerja maksimum dari pandangan kebijakan moneter,” katanya.
Ditengah kondisi yang positif ini, bursa saham AS terus menguat. Indek Nikkei 225 Jepang berakhir pada level tertinggi 26 tahun. Begitu juga di Eropa, di mana Indeks Stoxx Europe 600 naik 0,6%.
Dolar As sendiri mencatat kerugian secara mingguan untuk ketiga kalinya. Meski pada perdagngan akhir minggu kemarin Indek dolar ICE DXY mampu berakhir sedikit lebih tinggi naik 0,1% pada 91,975.
Harga minyak mentah terkorkesi dari level tertinggi tiga tahun, namun tetap bertahan di atas harga $60 per barel dengan ditutup di harga $ 61,44 per barel. Kinerja mingguan, mampu membukukan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut.
Harga emas menguat lebih tinggi pada $ 1,322.30 per ons, dan menandai kenaikan terpanjangnya selama 11 sesi beruntun. Ini merupakan yang paling panjang dalam sejarah perdagangan emas.
Pada perdagangan mata uang kripto, bitcoin berjangka (BTCF8) diperdagangkan melonjak 7,8% menjadi $ 16,075. Bitcoin dipasar spot (BTCUSD), naik 8% menjadi $ 16.300 di Coindesk.com. (Lukman Hqeem)