ESANDAR, Jakarta – Harga emas menanjak sejak awal pekan ini. Ketegangan geopolitik meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven. Perkembangan program nuklir Korea Utara membuat investor mencari aman dan mengantarkan harga emas ke level tertinggi mingguan di atas $1290 pada awal perdagangan.
Bulls jangka pendek mungkin memanfaatkan ketidakpastian saat ini dan ketegangan politik untuk mengangkat harga, namun kenaikannya akan terbatas oleh Dolar yang menguat. Meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS di bulan Desember membuat emas tetap menghadapi risiko untuk semakin menurun.
Trader teknikal akan sangat memperhatikan reaksi harga di atas level resistance $1280. Sepertinya ada pantulan teknikal dan bears tetap sangat memegang kendali di bawah level psikologis $1300. Nilai yang terus lemah di bawah $1280 dapat memicu penurunan lebih lanjut menuju $1267. Sebaliknya, penutupan harian di atas level ini dapat mendorong kenaikan lebih lanjut menuju $1295.
Pada perdagangan komoditi lainnya, harga minyak WTI tertekan. Minyak mentah WTI menghadapi tekanan jual luar biasa pada perdagangan Jumat lalu karena masalah oversuplai mengganggu ketertarikan investor terhadap komoditas ini. Optimisme bahwa OPEC akan mampu menyeimbangkan pasar telah mendukung harga di jangka pendek, tapi ini dapat mendorongprodusen minyak serpih AS untuk meningkatkan produksi. Di kuartal terakhir 2017 ini, pasar minyak dapat menghadapi risiko penurunan apabila kenaikan produksi Amerika Serikat mengganjal upaya OPEC untuk menyeimbangkan pasar minyak yang telah jenuh. Dari sudut pandang teknikal, minyak mentah WTI berisiko semakin tergelincir apabila harga mencapai di bawah level $50.
Dalam perdagangan mata uang, Poundsterling mengalami rebound agresif menyambut hangat janji Theresa May untuk memangkas semua yang menentang kepemimpinannya. Optimisme saat ini dapat membuat Pound terapresiasi di jangka pendek, namun risiko politik domestik dan ketidakpastian Brexit akan membatasi peningkatan ini. Putaran kelima diskusi Brexit akan dimulai hari ini di Brussels dan tidak ada rencana yang jelas tentang bagaimana Inggris akan keluar dari Uni Eropa. Pound masih berisiko mengalami penurunan. Situasi Pound dapat sangat kacau balau kuartal ini, terutama apabila drama Brexit dan fundamental ekonomi yang lemah menghalangi Bank of England untuk meningkatkan suku bunga AS di bulan November.
Penjualan Ritel Indonesia Meningkat di Bulan Agustus
Optimisme terhadap ekonomi Indonesia menguat pada perdagangan hari Senin setelah rilis data penjualan ritel bulan Agustus yang mengesankan sebesar 2.2% karena peningkatan permintaan bahan pangan. Data penjualan yang menggembirakan ini mendukung PDB dan sesuai dengan optimisme Bank Indonesia terhadap pertumbuhan di masa mendatang. Prospek keseluruhan terlihat menjanjikan meninjau data domestik Indonesia yang terus menampilkan isyarat stabilitas. (Lukman Hqeem)