ESANDAR, Jakarta – Perdagangan emas berjangka ditutup dengan kenaikan harga ke posisi termahal dalam dua minggu ini. Harga emas naik lebih tinggi pada hari Kamis (12/10/2017), meski masih di bawah level krusialnya $ 1.300.

Kenaikan harga emas  karena investor masih melihat ketidak pastian dalam rencana kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve berdasarkan notulen pertemuan FOMC pada bulan September kemarin. Harga Emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember naik $ 7,60, atau 0,6%, untuk bertahan di $ 1,296.50 per ounce, setelah diperdagangkan hingga $ 1,299.80. Ini merupakan harga termahal sejak 26 September, menurut data FactSet.  Sementara itu, indeks dolar hampir datar pergerakannya, namun harga emas menandai kenaikan keempat dalam lima sesi, karena dolar telah melemah 0,9% selama sepekan.

Untuk saat ini, $ 1.300 adalah magnet di pasar emas dan futures cenderung terombang-ambing di kedua sisi tingkat psikologis itu sampai pasar membuat langkah yang jelas baik dalam mendukung, atau melawan, dan berbalik turun harganya.  Hal yang utama adalah tren bearish untuk emas,  karena suku bunga akan naik tajam dan tren minor adalah bullish, dengan kemungkinan kenaikan harga emas menuju harga tertinggi tahun 2017 ini jika melampui $ 1.300.

Risalah pertemuan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang dirilis setelah perdagangan emas berjangka pada hari Rabu berakhir, menunjukkan tanda-tanda bahwa para pembuat kebijakan mempertanyakan perlunya kenaikan suku bunga pada bulan Desember ini. Meski inflasi tumbuh, namun belum mencapai target sebesar 2% tahunan.

Meskipun reaksi pasar relatif lemah, risalah menunjukkan bahwa Gubernur Bank Sentral Janet Yellen dan pembuat kebijakan lainnya akan menaikkan suku bunga sekali lagi di bulan Desember, namun upaya untuk menormalkan kebijakan akan berjalan dengan bertahap. Sejauh ini, para pelaku pasar di Wall Street yakin sebesar 83% kemungkinan kenaikan suku bunga di bulan Desember, keyakinan ini sedikit menurun dibandingkan dengan sebelumnya yang mencapai 88%, menurut data CME Group.

Pada hari Rabu, Presiden Fed Kansas City Esther George mengatakan bahwa untuk menaikkan suku bunga dengan harus menunggu inflasi mencapai target 2% akan menjadi sebuah kesalahan, sebaliknya Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan bahwa kenaikan suku bunga pada Desember ini bukanlah keputusan final. Perbedaan pendapat yang keras antara gubernur bank sentral AS tersebut jelas mengindikasikan ketidak pastian pada kebijakan moneter AS.  The Fed sendiri tahun ini telah menaikkan suku bunga dua kali, dan diperkirakan pada 2018 akan berbeda pola kenaikan suku bunganya. (Lukman Hqeem)