ESANDAR, Jakarta – Seperti yang diperkirakan, Kamis (02/11/2017) Presiden Donald Trump mengumumkan Gubernur Bank Sentral AS yang baru. Jerome Powell, salah satu anggota Dewan Gubernur Bank Sentral AS terpilih menggantikan Janet Yellen. Jerome Hayden Powell, atau dikenal sebagai Jay, menjadi Gubernur Bank Sentral sejak Presiden Barack Obama mencalonkannya pada 25 Mei 2012.
Powell, yang lahir 64 tahun lalu di Washington, adalah seorang pengacara, meraih gelar Bachelor of Arts di bidang politik dari Universitas Princeton pada tahun 1975. Ia pernah pula bekerja menjadi asisten Senator Richard Schweiker dari Pennsylvania. Tercatat pula ia pernah gagal untuk menjadi wakil presiden bersama Ronald Reagan pada tahun 1976.
Powell, yang biasa dipanggil Jay, berhasil memperoleh gelar Juris Doctor dari Universitas Georgetown pada tahun 1979, di mana saat itu dia menjadi pemimpin redaksi Georgetown Law Journal.
Antara 1990 dan 1993, Powell bekerja di Departemen Keuangan Amerika Serikat. Pada tahun 1992, Powell menjadi Wakil Menteri Keuangan untuk Keuangan Dalam Negeri setelah dinominasikan oleh George H. W. Bush.
Pada tahun 1993, Powell mulai bekerja sebagai managing director Bankers Trust, namun dia berhenti pada tahun 1995 setelah bank tersebut mendapat masalah setelah beberapa pelanggan menderita kerugian besar karena derivative. Dia kemudian kembali bekerja untuk Dillon, Read & Co.
Dari tahun 1997 sampai 2005, Powell adalah mitra di The Carlyle Group, di mana dia mendirikan dan memimpin Grup Industri di dalam Carlyle U.S. Buyout Fund.
Setelah meninggalkan Carlyle, Powell mendirikan Severn Capital Partners, sebuah perusahaan investasi swasta yang berfokus pada investasi khusus dan investasi oportunistik di sektor industri.
Pada tahun 2008, Powell menjadi mitra pengelola Global Environment Fund, perusahaan ekuitas dan modal ventura swasta yang berinvestasi dalam energi berkelanjutan.
Antara tahun 2010 dan 2012, Powell menjadi seorang ilmuwan tamu di Pusat Kebijakan Bipartisan, sebuah kelompok pemikir di Washington D.C., di mana dia turut berperan besar untuk membuat Kongres meningkatkan plafon utang AS selama krisis plafon utang negara itu pada tahun 2011. Powell mempresentasikan implikasi terhadap ekonomi dan tingkat suku bunga dari default atau penundaan dalam menaikkan plafon utang. Saat itu dia bekerja dengan gaji $1 per tahun alias bekerja sukarela.
Dari sebuah survei terhadap 30 ekonom yang dilakukan beberapa bulan lalu, terlihat bahwa Powell adalah tokoh yang sedikit lebih dovish pada kebijakan moneter daripada anggota rata-rata anggota Dewan Gubernur The Fed. Namun, The Bloomberg Intelligence Fed Spectrometer menilai Powell sebagai tokoh netral. Powell pernah skeptis terhadap putaran ke-3 pelonggaran kuantitatif, yang dimulai pada tahun 2012, meskipun akhirnya dia memilih untuk menerapkannya. (Lukman Hqeem)