Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Harga minyak turun lebih dari 2% pada hari Senin (05/05/2025) setelah OPEC+ memutuskan pada akhir pekan untuk lebih mempercepat kenaikan produksi minyak, memicu kekhawatiran tentang lebih banyak pasokan yang masuk ke pasar yang dibayangi oleh prospek permintaan yang tidak menentu. Pasar minyak kini menghadapi ketidakpastian permintaan yang signifikan di tengah risiko tarif. Perubahan kebijakan OPEC+ ini menambah ketidakpastian di sisi pasokan.

Harga minyak mentah Brent turun $1,27, atau 2,07%, menjadi $60,02 per barel pada pukul 15:02 WIB, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada pada harga $56,96 per barel, turun $1,33, atau 2,28%. Kedua kontrak menyentuh level terendah sejak 9 April pada pembukaan hari Senin, setelah OPEC+ sepakat untuk mempercepat kenaikan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut, meningkatkan produksi pada bulan Juni sebesar 411.000 barel per hari (bph).

Kenaikan harga yang terjadi di bulan Juni dari delapan produsen dalam kelompok OPEC+ akan menjadikan total kenaikan gabungan untuk bulan April, Mei, dan Juni menjadi 960.000 barel per hari, yang merupakan pengurangan sebesar 44% dari 2,2 juta barel per hari dari berbagai pemotongan yang disepakati sejak 2022, menurut perhitungan Reuters.

Kelompok tersebut dapat sepenuhnya menghentikan pemotongan sukarelanya pada akhir Oktober jika para anggota tidak meningkatkan kepatuhan terhadap kuota produksi mereka, sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters.

Sumber OPEC+ mengatakan Arab Saudi mendesak OPEC+ untuk mempercepat pencabutan pemangkasan produksi sebelumnya guna menghukum sesama anggota, Irak dan Kazakhstan, karena tidak mematuhi kuota produksi mereka.

Peningkatan produksi yang diprakarsai oleh Arab Saudi bukan hanya dimaksudkan untuk menantang pasokan minyak serpih AS, tetapi juga untuk menghukum anggota yang telah diuntungkan oleh harga yang lebih tinggi sambil mengabaikan batas produksi mereka. Naiknya produksi ditengah perlambatan ekonomi akan membebani harga,  sampai kita memiliki gambaran yang lebih jelas tentang dampaknya terhadap permintaan, harga minyak diperkirakan masih akan tertekan.

Disisi lain, ekspektasi akan kembalinya pasokan ke pasar telah membebani kurva forward minyak berjangka Brent, menandakan pasar yang lebih lemah di masa mendatang. Premi antara kontrak Brent bulan depan dan kontrak untuk pengiriman enam bulan adalah 10 sen per barel, menyempit dari 47 sen pada sesi sebelumnya. Spread sempat berubah menjadi diskon, yang dikenal sebagai struktur ‘contango’, untuk pertama kalinya sejak Desember 2023 di awal sesi.

Sementara itu, AS dan Ukraina telah menandatangani kesepakatan untuk memberikan Amerika Serikat akses istimewa ke kesepakatan mineral Ukraina baru dan mendanai investasi dalam rekonstruksi Ukraina.

Barclays dan ING juga telah menurunkan perkiraan minyak mentah Brent mereka menyusul keputusan OPEC+. Barclays memangkas perkiraan harga Brent sebesar $4 menjadi $66 per barel untuk tahun 2025 dan sebesar $2 menjadi $60 untuk tahun 2026, sementara ING memperkirakan harga Brent akan mencapai rata-rata $65 tahun ini, turun dari $70 sebelumnya.