ESANDAR – Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah telah menurunkan kepercayaan investor dan menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana aset berisiko, termasuk pasar saham AS yang sangat bernilai, dapat merespons jika situasinya memburuk.
Bursa saham jatuh pada perdagangan di hari Selasa (01/10/2024) dimana para investor bergegas ke aset safe haven seperti obligasi pemerintah dan dolar, setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel. Iran mengatakan serangan itu merupakan balasan atas kampanye Israel terhadap sekutu Hizbullah Teheran di Lebanon. Israel mengatakan serangan itu serius dan akan menimbulkan konsekuensi.
Indek S&P 500 harus anjlok sebanyak 1,4% tetapi kemudian memangkas kerugian hingga ditutup hanya turun 0,9%, sementara Indek Nasdaq turun sebanyak 2,3% tetapi juga bangkit kembali hingga mengakhiri hari dengan penurunan 1,5%.
Kebangkitan indek saham terjadi setelah aksi beli besar-besaran pada sejumlah saham populer bagi investor yang tengah gugup seperti saham-saham yang terkait dengan emas, obligasi pemerintah, dan dolar. Ketegangan geopolitik yang meningkat di masa lalu, seperti invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, mengakibatkan pergerakan pasar yang tajam namun berumur pendek, yang menyebabkan investor meninggalkan aset berisiko dan beralih ke aset yang aman seperti emas dan dolar.
Kali ini, kelanjutan reaksi pasar dapat bergantung pada respons Israel dan apakah konflik antara kedua musuh bebuyutan itu meningkat. Alhasil pasar saat ini menjadi sangat sensitif terhadap skenario yang lebih buruk.
Serangkaian rudal Iran sebelumnya telah ditembakkan ke Israel pada bulan April, yang merupakan pertama kalinya serangan ini dilakukan, namun berhasil ditembak jatuh dengan bantuan militer AS dan sekutu lainnya. Israel menanggapi saat itu dengan serangan udara di Iran, tetapi eskalasi yang lebih luas dapat dihindari. Oleh sebab itu investor berhati-hati di tengah pertikaian di Timur Tengah.
Saham dan aset berisiko lainnya dijual pada bulan April tetapi pulih dalam beberapa hari karena kekhawatiran akan konflik yang lebih luas dan gangguan ekonomi mereda. Namun, jika perang meningkat, tentu saja itu tidak baik untuk pasar.
Satu kekhawatiran khusus bagi investor adalah harga minyak, yang melonjak pada hari Selasa. Investor khawatir bahwa ketakutan akan gangguan pasokan minyak mentah dari wilayah Teluk akan mendorong harga naik tajam, seperti yang telah terjadi selama periode ketegangan atau konflik yang intens sebelumnya. Semakin dalam konflik meningkat, harga minyak memang bisa melonjak lebih tinggi karena risiko meningkat bahwa respons militer mengarah ke wilayah produksi minyak di sekitar Iran.
Di luar ketegangan di Timur Tengah, ada beberapa katalis pasar potensial yang dapat membuat investor gelisah, termasuk pemilihan umum AS yang akan datang pada bulan November dan laporan pekerjaan utama minggu ini yang akan membantu membentuk arah kebijakan Federal Reserve.
Dalam jangka pendek, para pedagang akan fokus pada data laporan penggajian untuk bulan September yang akan dirilis pada hari Jumat. Diyakini akan mengalami perubahan 1,1%, menandakan ekspektasi atas potensi kejutan dalam data pengangguran.
Para pelaku pasar hanya bisa menebak-nebak apakah ketakutan terbaru ini akan terbukti cepat berlalu. Oleh karena itu, pasar kemungkinan akan menunjukkan sensitivitas yang sangat tinggi terhadap berita geopolitik yang masuk dalam beberapa jam mendatang.