ESANDAR – Harga minyak, sedikit turun pada hari Jumat (20/09/2024) pada perdagangan di sesi Asia dan berada di jalur untuk naik selama dua minggu berturut-turut setelah pemangkasan besar suku bunga AS dan penurunan stok global. Harga minyak berjangka Brent, yang diperdagangkan 26 sen atau 0,4% lebih rendah pada $73,62 per barel pada pukul 12:27 WIB, naik 4,3% dalam minggu ini. Harga minyak mentah berjangka WTI AS, yang turun 15 sen, atau 0,2% pada $71,80 per barel, mencatat kenaikan mingguan sebesar 4,8%.
Harga acuan telah pulih setelah jatuh ke level terendah hampir tiga tahun pada 10 September, dan telah mencatat kenaikan dalam lima dari tujuh sesi sejak saat itu. Harga memangkas beberapa kenaikan pada hari Jumat, setelah naik lebih dari 1% pada hari Kamis menyusul keputusan bank sentral AS untuk memangkas suku bunga setengah poin persentase pada hari Rabu. Pemangkasan suku bunga biasanya meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi, tetapi beberapa juga menganggapnya sebagai tanda pasar tenaga kerja AS yang lemah.
Harga telah tertekan dalam beberapa bulan terakhir di tengah kekhawatiran permintaan akan melemah, karena kebijakan moneter yang ketat menghambat aktivitas ekonomi. Pelonggaran kebijakan moneter membantu memperkuat ekspektasi bahwa ekonomi AS akan terhindar dari penurunan.
Sentimen lain yang juga mendukung kenaikan harga minyak adalah terjadinya penurunan persediaan minyak mentah AS ke level terendah satu tahun minggu lalu. Defisit pasar minyak yang berlawanan dengan musim sekitar 400.000 barel per hari (bpd) akan mendukung harga minyak mentah Brent dalam kisaran $70 hingga $75 per barel selama kuartal berikutnya, kata analis Citi pada hari Kamis, tetapi harga tambahan dapat anjlok pada tahun 2025.
Naiknya harga minyak mentah juga didukung oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, meledak pada hari Rabu menyusul ledakan pager serupa pada hari sebelumnya. Sumber keamanan mengatakan badan mata-mata Israel, Mossad, bertanggung jawab, tetapi pejabat Israel tidak mengomentari serangan tersebut.
Disisi lain, ada tantangan harga yang muncul dari lemahnya permintaan Cina seiring melambatnya perekonomian Negeri Tirai Bambu. Produksi kilang di Cina dikabarkan melambat selama lima bulan hingga bulan Agustus. Pertumbuhan produksi industri Tiongkok juga melambat ke level terendah dalam lima bulan bulan lalu, dan penjualan eceran serta harga rumah baru semakin melemah.