ESANDAR – Harga minyak berakhir sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (26/06/2024) meskipun ada lonjakan mengejutkan dalam pasokan bensin AS, karena investor khawatir bahwa potensi perluasan perang Gaza dapat mengganggu pasokan minyak mentah dari Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent naik 24 sen, atau 0,3%, menjadi $85,25 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS menetap 7 sen lebih tinggi pada $80,90 per barel.
Ketegangan lintas batas antara Israel dan Hizbullah Lebanon telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, memicu kekhawatiran akan perang besar-besaran Israel-Hizbullah yang dapat menarik kekuatan regional lainnya, termasuk produsen minyak utama Iran.
Sentimen geopolitik telah kembali ke pasar karena perang antara Israel dan Lebanon kemungkinan akan melibatkan Iran secara langsung, dan hal itu akan menjadi kekhawatiran. Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan negaranya berdiri dalam solidaritas dengan Lebanon dan meminta dukungan negara-negara kawasan.
Serangan Houthi terhadap pelayaran di Laut Merah telah mendukung harga minyak. Kelompok tersebut mengatakan pihaknya menargetkan sebuah kapal di pelabuhan Haifa Israel dengan sejumlah drone dalam operasi militer gabungan dengan Perlawanan Islam di Irak.
Di awal sesi, harga minyak sempat turun setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan lonjakan stok minyak mentah AS sebesar 3,6 juta barel pada minggu lalu, mengejutkan para analis yang disurvei oleh Reuters yang memperkirakan penurunan tersebut.
Persediaan di AS meningkat sementara persediaan di tempat lain menurun. Terjadi penurunan persediaan minyak di Jepang dan Eropa pada minggu lalu. Hingga sepertinya pasar sedang melakukan pengetatan, namun belum terjadi di AS.
Namun di bagian hulu, pekerja konstruksi sedang mengerjakan bendungan pembangkit listrik tenaga air yang ditugaskan oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari upaya untuk beralih dari bahan bakar fosil.
UBS memperkirakan harga minyak akan naik dalam beberapa minggu mendatang.
Para pialang minyak mengkhawatirkan lemahnya konsumsi bensin AS selama puncak musim mengemudi di musim panas di negara itu. Penggunaan bensin di AS mewakili sekitar 10% dari total konsumsi minyak dunia, dan permintaan bensin di negara tersebut pada minggu lalu turun 3,6% dari tahun lalu menjadi sekitar 8,9 juta barel per hari. Stok bahan bakar meningkat secara tak terduga bahkan ketika pabrik penyulingan mengurangi produksinya.
Angka-angka ini tentu saja akan mengecewakan para pembeli bensin. Tanpa badai, persediaan AS diyakini cukup untuk memenuhi permintaan selama musim mengemudi di musim panas yang akan segera tiba pada tanggal 4 Juli.