Minyak mentah WTI menghentikan penurunan tiga hari berturut-turutnya dan naik sekitar 3% dengan berakhir diatas harga $82 per barel pada perdagangan di hari Kamis (02/11/2023). Dorongan kenaikan muncul karena pasar mencerna melemahnya retorika The Fed AS.
Bank Sentral AS memilih untuk mempertahankan suku bunga dan mengambil sikap dovish sambil memperingatkan kenaikan di masa depan tetap mungkin terjadi jika perekonomian terus memanas. Ini membuat pasar melihat prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut mulai memudar, mengurangi kekhawatiran akan kontraksi ekonomi yang akan merugikan permintaan energi.
Sementara itu langkah pengetatan juga terlihat dari sikap Bank of England. Para eksekutif BoE dalam pertemuan juga mempertahankan suku bunga tetap namun menurunkan tajam prospek pertumbuhannya. Gubernur Andrew Bailey memperingatkan bahwa para pejabat “tidak boleh mempertahankan kebijakan moneter secara ketat untuk waktu yang lama.
Penolakan The Fed untuk menaikkan suku bunga terjadi ketika perekonomian AS terus memanas. Bahkan Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa kenaikan imbal hasil treasury mengurangi kebutuhan akan suku bunga resmi yang lebih tinggi. Ia mencoba memberi sinyal sikap hawkish, dengan perasaan bahwa The Fed telah mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya dengan sedikit perhatian terhadap laporan PDB Q3 yang kuat atau angka pekerjaan bulan September yang luar biasa.
Pasar justru memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih cepat pada tahun depan, yang dapat menjadi pendorong bagi aktivitas dan permintaan. Alhasil hal ini membuat dolar AS sebagaimana terlihat indeks dolar ICE turun 0,7% menjadi 106,12. Dolar yang lebih rendah umumnya menaikkan harga komoditas yang dihargakan dalam dolar.
Pelemahan Dolar inilah yang kemudian memberikan dukungan tambahan bagi harga minyak, sementara risiko geopolitik terhadap pasokan global agak berkurang dengan harapan bahwa Biden akan memanfaatkan cadangan strategis jika diperlukan.
Disisi lain, sentiment kenaikan ini juga terjadi bahkan ketika invasi Israel ke Jalur Gaza dalam perangnya melawan Hamas terus berlanjut, namun ketakutan akan penyebaran konflik telah mereda, sehingga mengakhiri biaya perang yang diberikan pada minyak setelah serangan teror Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan ratusan warga sipil Israel.
Harga minyak masih berada di dekat level terendah dalam dua bulan karena ekspektasi permintaan yang lebih rendah ditengah risiko konflik Israel di Gaza yang dapat berdampak lebih besar yang berdampak pada pasokan minyak mentah. Badan Informasi Energi pada hari Rabu melaporkan persediaan minyak AS naik 0,8 juta barel pada minggu lalu, sementara produksi minyak AS tetap pada rekor 13,2 juta barel per hari.
Data aktivitas manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan di AS dan Tiongkok juga mengaburkan prospek permintaan di dua konsumen minyak terbesar di dunia tersebut.
WTI untuk pengiriman Desember ditutup naik $2,02 menjadi $82,46 per barel, sedangkan minyak mentah Brent bulan Januari, terakhir terlihat naik $2,23 menjadi $86,86.