Harga minyak naik pada hari Senin (27/03/2023) setelah investor menilai upaya pihak berwenang untuk mengendalikan kekhawatiran atas sistem perbankan global. Disisi lainrencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus meningkatkan ketegangan di Eropa.
Harga minyak mentah Brent di bursa berjangka naik 30 sen, atau 0,4%, menjadi $75,29 per barel pada 16:00 WIB. Minyak mentah AS, WTI naik 28 sen, atau 0,4% menjadi $69,54 per barel. Brent naik 2,8% minggu lalu, sementara WTI rebound 3,8% karena kegelisahan di sektor perbankan mereda.
Dalam jangka pendek, diyakini bahwa harga minyak masih akan bergejolak. Hal ini dipengaruhi oleh gejolak pasar keuangan saat ini. Namun demikian, harga masih tetap diyakini tetap positif dalam beberapa waktu kedepan. Hal ini berpijak pada harapan peningkatan impor dan permintaan minyak mentah China, ditambah produksi Rusia yang lebih rendah, sehingga memperketat pasar minyak dan mengangkat harga selama kuartal mendatang.
Ada juga harapan untuk dukungan ekstra untuk pendanaan bank, setelah laporan bahwa pihak berwenang AS sedang dalam pertimbangan tahap awal – tentang memperluas fasilitas pinjaman darurat. First Citizens BancShares Inc. mengatakan akan memperoleh simpanan dan pinjaman dari Silicon Valley Bank yang gagal, menutup satu bab dalam krisis kepercayaan yang telah mengoyak pasar keuangan.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari rencana Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia. Langkah tersebut merupakan salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol dan peringatan kepada NATO tentang dukungan militernya untuk Ukraina, yang menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB. Dewan Keamanan sebagai tanggapan. NATO mengecam Putin atas apa yang disebutnya sebagai retorika nuklirnya yang “berbahaya dan tidak bertanggung jawab”.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Moskow hampir mencapai target pemotongan produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari (bpd) menjadi sekitar 9,5 juta bpd. Tetapi ekspor minyak mentah Rusia diperkirakan akan tetap stabil karena memangkas produksi kilang pada bulan April, data dari sumber industri dan perhitungan Reuters menunjukkan pada hari Jumat. Ekspor produk minyak Rusia terpukul lebih keras daripada ekspor minyak mentahnya oleh embargo Uni Eropa baru-baru ini, dengan berton-ton solar terjebak di kapal menunggu pembeli.