S&P 500 kembali jatuh ke level terendah dalam hampir dua tahun pada perdagangan di hari Selasa (27/09/2022) di tengah kekhawatiran tentang pengetatan kebijakan Federal Reserve yang super agresif, diperdagangkan di bawah palung Juni dan membuat investor menilai berapa banyak saham yang harus jatuh sebelum stabil. Bursa saham telah berada di bawah tekanan sejak akhir Agustus setelah komentar dan tindakan agresif oleh Federal Reserve AS mengisyaratkan prioritas utama bank sentral adalah untuk membasmi inflasi tinggi bahkan dengan risiko menempatkan ekonomi ke dalam resesi.
S&P 500 menyentuh level terendah sesi di 3.623,29, titik terendah dalam basis intraday sejak 30 November 2020. Terjadi reli yang terlambat, sedikit membantu mendorong indeks dari level terburuknya hari ini. Namun indek masih ditutup lebih rendah untuk sesi keenam berturut-turut, dengan turun 7,75 poin, atau 0,21%, menjadi 3.647,29.
Setelah keseluruha, indek ini telah turun lebih dari 20% dari posisi tertinggi awal Januari ke level terendah pada 16 Juni. Situasi ini menegaskan bahwa penurunan tersebut memang merupakan pasar bearish, S&P kemudian sempat melakukan reli pada pertengahan Agustus, namun kemudian kehabisan bahan bakar.
Selama The Fed terus menaikkan suku bunga, dan investor tidak mengantisipasi kenaikan suku bunga, saya pikir pasar ini akan terus melemah.
Pukulan besar bagi indeks yang kembali memicu tekanan jual adalah pidato Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole yang menegaskan tekad The Fed untuk memerangi inflasi, diikuti oleh kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut oleh bank sentral pekan lalu. Indeks telah jatuh lebih dari 12% sejak pidato Powell dan telah menunjukkan sedikit tanda-tanda stabil.
Banyak analis telah melihat 3.900 sebagai level dukungan teknis yang kuat untuk indeks. Itu memberi jalan 11 hari yang lalu di bawah empat hari berturut-turut penjualan.
Sejauh ini scenario terburuk S&P adalah ke 3.000 sebagai level support. Berdasarkan kekhawatiran tentang Federal Reserve, arah suku bunga, kesehatan ekonomi, dan juga beberapa minggu ke depan dimana akan ada laporan sejumlah emiten yang dapat melaporkan pendapatan lebih rendah dari perkiraan.”
Selanjutnya investor akan masih mencari rambu-rambu untuk kapitulasi, yang bisa menunjukkan tekanan jual sudah habis. Namun aksi jual tahun ini memang masih belum menunjukkan akan segera berakhir. Memang ada isyarat penurunan volume transaksi, namun demikian tidak selalu tanda-tanda klasik seperti ini dapat secara langsung merujuk pada aksi kapitulasi. Mungkin saja sudah cukup banyak yang berubah selama bertahun-tahun sehingga beberapa indikator itu tidak lagi relevan untuk menjadi panduan yang sangat baik bagi masa depan.
Hal ini membuat para investor mencari katalis berikutnya untuk membantu pasar menstabilkan, atau mendapatkan posisi cukup murah agar dapat mulai membeli lagi, seperti tanda-tanda tindakan Fed mungkin mulai menjinakkan inflasi, melemahnya pasar tenaga kerja, dan bagaimana laporan keuangan emiten yang akan datang.
Data ekonomi yang akan dinanti tentu saja adalah laporan situasi ketenagakerjaan dan inflasi pada Oktober nanti.