ESANDAR – Dalam laporan terkini, Jumat (06/11/2020) angka pengeluaran rumah tangga Jepang merosot 10,2% pada September dari tahun sebelumnya, demikian disampaikan oleh pemerintah. Penurunan pengeluaran rumah tangga dibandingkan dengan perkiraan pasar rata-rata untuk penurunan 10,7% dan diikuti penurunan 6,9% pada bulan Agustus.
Hasil ini menunjukkan bahwa permintaan domestik makin lesu dan akan terus menyeret upaya pemulihan apapun dari Tokyo. Selain itu, penurunan ini menggarisbawahi adanya tantangan yang akan dihadapi Pemerintahan Perdana Menteri Yoshihide Suga dalam menyeimbangkan kebutuhan untuk mencegah penyebaran pandemi virus corona dan menghidupkan kembali aktivitas ekonomi.
Secara terpisah disampaikan juga data upah riil Jepang yang angkanya telah disesuaikan dengan inflasi. Hasilnya mengalami penurunan untuk bulan ketujuh berturut-turut di bulan September. Sekali lagi ini semakin mempertegas penurunan pendapatan rumah tangga semakin mengurangi daya konsumsi.
Perekonomian Jepang mencapai titik terendah setelah mengalami kemerosotan terburuk pasca perang pada April-Juni, sebagian berkat rebound dalam ekspor dan output. Tetapi konsumsi yang lemah dan belanja modal kemungkinan akan menjaga pemulihan ekonomi tetap sederhana, kata para analis.
Bank of Japan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk tahun yang berakhir pada Maret 2021 dan memperingatkan bahwa konsumsi mungkin tetap lemah untuk beberapa waktu, terutama untuk layanan yang terkena kebijakan jarak sosial untuk menahan pandemi.
Kini BOJ hanya memiliki sedikit amunisi kebijakan untuk memulai pertumbuhan, tanggung jawab ada pada pemerintah untuk menggunakan lebih banyak stimulus fiskal untuk meredam pukulan dari pandemi, kata mereka.
Menurut Reuters, Suga diperkirakan akan mengumumkan rencana stimulus baru pada bulan ini. Hal ini diambil untuk membantu ekonomi Jepang yang tengah dilanda resesi dan melepaskan diri dari krisis virus corona.