ESANDAR, Jakarta – Era baru Jerome Powell sebagai Gubernur Utama Bank Sentral AS dimulai. Pasar semakin menantang untuk didefinisikan seiring perubahan alur cerita. Fokus pasar beralih dari normalisasi kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ) kepada isu ke defisit kembar AS yang problematis dan inflasi.
Meski diterpa masalah, dolar tetap bertahan terhadap sebagian besar mata uang G10 akhir-akhir ini. Sementara pergerakan harga saham AS di dekat titik infleksi yang signifikan karena imbal hasil obligasi AS bergerak naik. Pendapatan tetap ini tetap melonjak memasuki akhir pekan, terlebih menjelang pidato Jerome Powell di Konggres.
Belum lagi masalah geopolitik di Eropa dimana Italia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum. Sementara Negara di Zona Euro menunjuk pada tanda-tanda pertumbuhan, dimana tidak semua malapetaka dan kesuraman mengangga dan mengikat pembelian taktis kembali muncul.
Kedua dunia ekonomi dan politik ini akan saling bertabrakan minggu ini dengan bagian terbesar perhatian jatuh pada kesaksian Jerome Powell, meski akan berakhir dengan penekanan lebih pada Eropa dan pemilihan umum di Italia. Italia tidak dikenal karena stabilitas politik, karena pemerintah mereka sering berubah sesering cuacanya.
Sejauh ini telah muncul beberapa protes di Italia. Pada akhir pekan kemarin, muncul protes dari dua sisi spektrum politik. Kondisi politik di Italia berantakan, sulit bagi salah satu partai politik utama untuk membentuk pemerintahan baru tanpa koalis. Persoalan rumit adalah tidak adanya jumlah suara mayoritas setinggi mungkin. Diperkirakan partai pemenang hanya mengantongi 45%, jika jajak pendapat ini akurat.
Xenofobia merajalela di antara para pemilih, dimana para pemimpin politik mengurangi perimeter Euroskeptik mereka sehingga semua mungkin tidak seburuk yang terlihat. Mengingat sejarah Italia, pemerintahan koalisi mungkin bukan yang buruk. Guncangan elektoral harus bisa diisolasi, dan ketakutan akan penularan politik harus tetap diredam.
Sementara itu, dari Jerman dikabarkan pada Jumat kemarin, terdapat pemilihan suara dengan surat pos untuk meratifikasi proposal Koalisi Besar antara kelompok CDU dengan CSU Merkel. Anggota SPD, yang memiliki pendapat akhir mengenai kesepakatan koalisi untuk ekonomi terbesar di Eropa, harus memilih pada 2 Maret dalam surat suara pos, hasil akan diumumkan pada 4 Maret.
Mau tidak mau, pasar memang harus melewati badai politik yang berbahaya ini. Secara gambling, perlu menghormati kenyataan bahwa kegagalan untuk membawa lingkungan politik UE ke dalam ekuilibrium baru dapat menimbulkan gelombang kejut baik melalui perserikatan sendiri atau masyarakat internasional umumnya.
Banyak pihak yang terkesan atas pidato Humphrey Hawkins dan Jerome Powell baru-baru ini, pasti akan kecewa kemudian. Kenaikan pasar yang terjadi karena kejutan pernyataan bernada hawkish yang disiapkan, meski kemungkinan akan kembali diulang sebagaimana risalah FOMC yang telah familier. Hal ini karena ketakutan bisa mengirim sinyal salah ke pasar ekuitas yang bisa membuat obligasi bearish.
Tidak ada insentif bagi Powell untuk tidak memberi sinyal adanya pergeseran dalam narasi the Fed, sebaliknya dia mungkin akan membiarkan para pedagang mencoret faktor the Fed di kuartal ini karena risiko pasar menjadi lebih selaras dengan kenyataan bahwa ekspansi fiskal dapat mendorong tingkat suku bunga AS menguat tahun ini.
Setidaknya, hanya sedikit yang menyarankan kepada pemimpin baru ini agar mengurangi ketergantingan pada data ekonomi daripada pendahulunya. Diharapkan Powell bisa menjadi jadi juri yang tetap berada di luar. Sementara tetap melaju dalam menormalisasi suku bunga, yang lebih cepat dengan setidaknya tiga kali kenaikan suku bunga ditahun ini.
Implikasi bagi harga emas saat ini, kondisi yang demikian ini tentu akan mengurangi daya pikatnya sebagai aset pelingdung nilai. Berbagai sentiment tersebut menjadi proxy untuk melihat sentimen Dolar AS sehingga kita bisa menghadapi minggu kritis harga emas. Moment yang akan menentukan perjalanan emas kedepannya. karena USD akan berada di bawah mikroskop karena Fed Chair Powell yang baru berada di tengah panggung.
Namun, dengan pelemahan belanja defisit AS yang memicu kekhawatiran inflasi, Emas tetap merupakan strategi pembelian yang penting, tidak hanya untuk lindung nilai terhadap inflasi tetapi juga terhadap koreksi pasar ekuitas yang tidak tepat waktu.
Dengan ketidakpastian yang ada, menjadi obat mujarab namun beracun dari inflasi yang tinggi dan dolar AS bisa terseok dari rekor hutang AS. Alhasil daya tarik emas akan terpelihara dan harus tetap sehat dalam waktu dekat. (Bersambung).