ESANDAR, Jakarta – Harga emas sedikit naik pada perdagangan akhir pekan lalu. Membukukan retensi mingguan hampir 2,9%, tercatat sebagai penurunan terbesar sejak awal Mei tahun lalu.
Logam mulia naik, bangun dari kerugian selama dua sesi terakhir setelah indek dolar melemah. The buck, turun sedikit meski catatan kinerja naik 4,5% sepanjang tahun ini. Koreksi yang terjadi telah menjadi pendorong utama harga logam mulia untuk naik. Penguatan greenback, sebelumnya menjadi dasar terjadinya penurunan harga emas, dimana Indek Dolar mendekati puncak 14 bulan ini.
Harga Emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember naik 20 sen menjadi $ 1,184.20 per ounce. Berdasarkan kontrak teraktif, emas berjangka turun hampir 2,9% untuk minggu ini, yang merupakan persentase kerugian terbesar untuk kontrak teraktif sejak pekan yang akhir 5 Mei 2017. Harga menetap Kamis di $ 1,184, terendah sejak awal Januari 2017.
Logam mulia juga diperdagangkan hampir 10% lebih rendah dari posisi tahun lalu, gagal untuk menarik dukungan yang mungkin diharapkan di tengah gejolak geopolitik di sekitar kekhawatiran perdagangan-perang dan krisis keuangan Turki, karena fokus tetap hampir secara eksklusif disematkan pada dolar yang lebih kuat. Logam mulia sebagian besar telah merosot tepat di bawah level psikologis penting 1.200 dolar AS setelah jatuh di bawah garis ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun pada hari Senin.
Secara nyata, dapat dikatakan bahwa logam mulia telah berjuang untuk mempertahankan daya pikatnya sebagai aset surgawi, meskipun investor lebih memilih ke dolar, ditengah kondisi yang penuh ketidakpastian ini. Potensi kenaikan greenback didukung oleh harapan kenaikan suku bunga AS dan permintaan safe-haven. Tentu saja akan membuat emas berpeluang masih akan tertekan kedepannya.
Indek Dolar AS sendiri turun 0,4% ke 96,28, dimana kinerja mingguan turun kurang dari 0,1%. Namun, terus diperdagangkan mendekati level tertingginya sejak 27 Juni 2017, dengan indeks naik 4,5% dari tahun ke tahun. Koreksi yang terjadi dihari Jumat kemarin, sebagai reaksi atas indikator ekonomi dari University of Michigan yang menunjukkan bahwa indeks sentimen konsumen jatuh ke 95,3 pada bulan Agustus, dari 97,9 pada bulan Juli – level terendah dalam 11 bulan. (Lukman Hqeem)