ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Amerika Serikat dibuka perdagangan hari ini dengan mengarah jatuh. Pada perdagangan Selasa (23/10), Wallstreet tertekan sejak awal perdagangan karena jatuhnya bursa saham China setelah reli selama dua hari.
Para pelaku pasar meragukan partumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu. Keraguan ini memicu aksi jual. Sebagian pelaku pasar juga mencerna hasil laporan keuangan dari perusahaan besar, seperti Caterpillar Inc. dan McDonald’s Corp.
Indek Dow Jones turun lebih dari 400 poin mendekati posisi terendah dan tetap turun 369 poin, atau 1,5%, di 24.925. Indek S & P 500 turun 37 poin, atau 1,3%, menjadi 2,719.50. Indek Nasdaq turun 114 poin, atau 1,6%, menjadi 7.041,25. Pada perdagangan awal minggu ini, di hari Senin (22/10), indek Dow Jones turun 126,93 poin, atau 0,5%, berakhir pada 25.317,41, sedangkan Indek S&P 500 turun 0,4%, ditutup pada 2.755,88. Indek Nasdaq berhasil naik 0,3%, pada 7,468.63.
Lebih dari 150 perusahaan di tekan untuk mengumumkan hasil keuangan minggu ini. Investor menaruh harapan bahwa pasar saham akan menemukan dorongan baru untuk bergerak lebih tinggi melalui hasil laporan keuangan tersebut.
Sayangnya, investor juga gelisah melihat tumpukan risiko, dimana China kembali menjadi pusat sorotan. Indek Shanghai jatuh 2,3% setelah menguat selama dua hari. Jatuhnya indek karena pejabat pemerintah telah menghabiskan beberapa hari terakhir mencoba untuk mendorong pasar dengan dorongan verbal bagi investor.
Sementara itu, ketegangan Perang Dagang antara AS-China juga menjadi faktor lama bagi investor. Pada hari Senin, muncul berita bahwa dua kapal perang Angkatan Laut AS berlayar melalui Selat Taiwan pada hari Senin, tetapi dibayangi oleh kapal perang Tiongkok.
Di tempat lain, Italia diperkirakan akan diminta untuk merevisi anggarannya oleh Komisi Eropa pada hari Selasa, karena bolak-balik berlanjut antara pemerintah Italia yang antiestablishment dan Brussels.
Selain dari laporan pendapatan, investor terus khawatir tentang bagaimana suku bunga yang lebih tinggi dapat berdampak pada ekonomi. Pasalnya, The Federal Reserve mengindikasikan langkah untuk memperketat kebijakan moneter pada akhir tahun.
Sebelumnya, bursa saham Asia jatuh, setelah reli yang dipimpin China mendorong kenaikan untuk sejumlah pasar regional. Setelah dua hari menarik keuntungan, Indek Shanghai selesai turun 2,2%, sedangkan Indek Shenzhen turun 2,1%. Aksi ambil untung ini merembet kesejumlah bursa regional. Indek Nikkei 225 turun 2,7%, indek Hang Seng turun 2,6% dan Indek KOSPI jatuh 2,6%. (Lukman Hqeem)