ESANDAR, Jakarta – Ditengah keyakinan akan kondisi ekonomi, pasar dihadapkan pada beberapa faktor yang bisa menyeretnya ke area turun, Bearish. Setidaknya ada tiga indikator yang bisa membawa pasar turun.
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell menyampaikan pesan yang bernada hawkish. Alhasil pasar merespon dengan spekulasi yang merajalela. Bahkan memicu aksi jual setelah isyarat laju kenaikan suku bunga yang lebih cepat meningkat seiring ekspektasi ekonomi.
Namun demikian, dengan jumlah stimulus fiskal yang masuk ke pasar sangat mengejutkan. Risiko ekonomi yang akan terjadi dapat menyebabkan suku bunga yang naik lebih tinggi. Terlepas dari fakta itu, Powell nampaknya membuka sekaleng cacing lain untuk menambur umpan kembali. Dimana The Fed mulai menarik akomodasi kebijakan lewat sejumlah banyak batasan kebijakan.
Penyebaran Libor-OIS adalah topik pembicaraan favorit lagi pagi ini karena keketatan baru terbentuk di pasar pendanaan dolar. Mengabaikan tanda stres yang tidak beralasan di aparatur keuangan bisa berbahaya. Tapi ini juga tampaknya merupakan kejatuhan lain dari amnesti pajak dibandingkan dengan tekanan kredit di pasar keuangan.
Pasar uang kehilangan sebagian besar dana jangka pendeknya, karena repatriasi tunai perusahaan AS. Juga, jumlah uang kertas dalam perbendaharaan selama 3 bulan yang mengejutkan dengan masuk ke pasar, namun juga tidak banyak membantu. Terlepas dari sebab dan akibat, itu semua masih menekankan tingkat pendanaan dolar, dan di situlah letak masalahnya.
Penurunan tajam Indek PMI Cina memberikan tekanan kuat pasar komoditi. Indek Manufaktur Cina tersebut turun 1 poin menjadi 50.3, terendah sejak 2016. Selama lima bulan terakhir, Indek ini menurun 2.1 poin. Penurunan ini sangat signifikan dalam enam tahun terakhir.
Pasar saham merespon dengan aksi jual khususnya di Sektor Logam Industri. Hal ini memberikan dampak lanjutan bagi harga komoditi pada umumnya, tak terkecuali harga emas menjadi turun. Pun demikian, pasar menganggap angka ini masih bias. Pasalnya, bulan Februari banyak sekali liburan sehubungan dengan perayaan tahun baru Imlek. Harga logam mengalami penurunan dan diperkirakan akan pulih setidaknya pada bulan Maret dan April ini.
Gelombang penghindaran risiko berjalan melalui kepala investor saat mereka bersiap menghadapi putaran kedua kesaksian Jerome Powell hari ini di Senat. Pasar berharap dia bisa segera membalas beberapa nada hawkish yang dia sampaikan ke Kongres pada hari Selasa kemarin.
Pun demikian, jatuhnya bursa saham semalam, juga didorong oleh harga minyak yang telah menguras saham-saham di sektor energi. Investor tidak hanya semakin khawatir tentang peningkatan produksi shale yang membebani harga minyak namun juga data industri hangat dari Jepang dan Cina yang bisa mengganggu pertumbuhan global yang tengah menggairahkan dengan memainkan permintaan minyak.
Disisi lain, pasar emas dalam 24 jam terakhir ini memang kurang menggairahkan. Sejumlah pedagang lebih bersikap menunggu pidato Jerome Powell di Senat yang cenderung lebih banyak bercerita. Tentu saja, ada kemungkinan dia memutar kembali retorika sebelumnya yang bernada hawkish-nya.
Jika Powell tetap mengikuti apa yang dikatakannya, ada kemungkinan kita melihat kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi dan Indek Dolar AS menguat yang bisa memicu jatuhnya harga emas. Keseimbangan risiko menunjukkan harga emas akan bergerak lebih rendah pada hari ke 2 dari kesaksian Powell
Sementara di pasar uang, Dolar AS bisa naik ke level tertinggi dalam lima minggu ini pada hari Rabu (28/02/2018). Kenaikan ini didukung oleh penilaian yang ceria terhadap ekonomi AS dari Jerome Powell yang telah meningkatkan momok laju normalisasi suku bunga yang lebih cepat hingga 2019. Sementara dolar terus berlanjut hasil akhir dari kesaksian Powell satu hari, tapi bisa jadi menarik jika Powell mengembalikan balok hawkish itu karena dolar beruang mencoba memutuskan kapan dan di mana harus memilih tempat mereka.
Kita bisa melihat dalam perdagangan pasangan USDJPY, banyak pedagang keluar dari pasar mata uang Sementara yield differential menunjukkan USDJPY lebih tinggi, dengan arus eksportir akhir bulan mendominasi lansekap sementara Yen Jepang melonjak, merasakan tekanan dari penurunan di pasar ekuitas yang menguat kembali. Ada harapan tekanan ke bawah untuk tetap bertahan. Juga dengan mengurangi pembelian BoJ kemarin, selalu menciptakan ketidakpastian kebijakan yang dijamin atau sebaliknya.
Euro diminggu ini akan mengalami banyak tekanan, khususnya menjelang pemilihan umum di Italia. Kombinasi permintaan Dolar AS di akhir bulan dan sebuah tawaran dolar telah mendorong EURUSD di bawah level 1.2200 kritis.
Sementara jajak pendapat Italia membebani sentimen, lebih dari satu alur cerita dolar daripada 48 jam terakhir karena sekarang menjadi pengikut tren Dolar AS dibandingkan dengan memimpim. Kemampuan menerobos level 1,22000 bisa memicu pergerakan yang lebih dalam lagi karena pasar EURUSD masih panjang dan tidak diposisikan dengan benar untuk Dolar AS yang lebih kuat.
Indek PMI Cina juga memberikan tekanan bagi Dolar Asutralia. Aussie bergerak turun sebagai efek jatuhnya harga komoditas. Aussie terbebani pernyataan Powell. Menambah kesengsaraan Aussie, CAPEX hari ini masuk dalam 0,2% QoQ yang lembut yang diharapkan 1%. Hal ini harus memberi tekanan lebih lanjut pada AUDUSD yang sudah mondar-mandir dalam jangka pendek. (Lukman Hqeem)