ESANDAR, Jakarta – Bukan hanya bursa saham, namun juga harga emas kini dalam persimpangan. Melanjutkan kenaikannya atau justru akan mengalami koreksi paska pertemuan AS dan China di Jepang besok.
Sebagaimana diketahui, bahwa perang dagang antara AS dan China yang berlarut-larut menimbulkan ancaman ekonomi bukan hanya bagi AS dan China namun juga dunia internasional terimbas dampaknya. Hal ini memunculkan isu-isu akan hadirnya resesi yang membuat The Fed harus mengulang kembali periode pemangkasan FFR.
Hasil pertemuan G20 bisa menjadi langkah awal kenaikan harga emas selanjutnya. Konferensi Tingkat Tinggi yang akan digelar di akhir bulan ini di Tokyo, akan diselingi dengan agenda pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Dua pimpinan raksasa ekonomi dunia ini dijadwalkan akan bertemu untuk membahas perang dagang yang selama ini semakin berkobar.
Perang dagang antara kedua negara ini menjadi faktor utama pelambatan ekonomi global, termasuk di AS yang berdampak pada sikap dovish The Fed. Untuk sementara sinyal-sinyal positif akan adanya damai dagang sudah muncul, jika akhirnya terealisasi, perang dagang berakhir, maka perekonomian global bisa jadi akan terakselerasi, dan ada kemungkinan The Fed tidak akan lagi bersikap dovish.
Skenario pertama ini bisa membatalkan peluang naiknya harga emas. Sebaliknya skenario kedua, jika pasca G20 hubungan AS – China malah semakin memanas, logam mulai punya pijakan kuat untuk kembali melompat. Setelah pertemuan Trump – Xi, tentu fokus selanjutnya ke pengumuman kebijakan moneter The Fed 1 Agustus dini hari waktu Indonesia.
Secara teknis, jika melihat grafik harga emas, maka hal terbaik yang digunakan untuk membandingkan adalah indeks dolar. Dua aset ini memiliki korelasi negatif, artinya jika indeks dolar melemah maka harga emas akan menguat, begitu juga sebaliknya.
Pada saat The Fed memangkas suku bunga pada periode 2007 – 2008, indeks dolar langsung jeblok ke 70,69 pada bulan Maret 2008, dibandingkan awal 2007 di level 83,46. Pada periode yang sama, harga emas US$ 636,80 ke level US$ 1.030,80. Maka jika The Fed benar akan memangkas suku bunga, harga emas berpeluang melanjutkan penguatan, mengulang sejarah 12 tahun lalu.
Membandingkan pergerakan harga emas pada saat pra krisisi, 2007-2008 dengan kondisi pada 2016 hingga kini terlihat pola yang mirip. Pola tersebut mengawali melebarnya kedua grafik tersebut, yang berarti emas terus naik dan indeks dolar terus menurun. Jadi, jika mengikuti pola tersebut ada kemungkinan harga emas akan terus bergerak naik, syaratnya tentu The Fed harus menurunkan suku bunga dengan agresif.
Melihat lebih ke belakang, pola yang mirip seperti ini juga muncul pada tahun 1978, saat itu harga emas naik ke rekor tertinggi US$ 835 pada Januari 1980. Namun, ada perbedaan antara pola di tahun 2007–2008 dan 1978 dengan 2016. Pada 2007-2008 dan 1978, harga emas terus menembus rekor tertinggi, sehingga secara historis dan psikologis belum ada level yang bisa dijadikan acuan menentukan resisten.
Sementara pada pola saat ini, secara historis kenaikan harga emas akan ada banyak level-level yang menjadi resisten. Garis-garis kuning pada grafik di atas mewakili resisten yang sudah ditembus, dan emas pada hari ini kebetulan sudah melewati resisten US$ 1.433 yang merupakan level tertinggi Agustus 2013.
Jika pada bulan ini logam mulia mampu mengakhiri perdagangan di atas resisten tersebut, peluang berlanjutnya penguatan akan semakin terbuka. Secara rinci apabila ditambahkan dengan beberapa indikator di atas rerata pergerakan harga emas selama 50 bulan (MA 50), MA 100 dan MA 200. Grafik di atas merupakan grafik bulanan, yang berarti jika di akhir bulan nanti emas mengakhiri perdagangan di atas MA 100 di kisaran US$ 1.351, maka peluang penguatan masih bisa berlanjut.
Proyeksi ini terkonfirmasi dengan menggunakan indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD), yang sudah memasuki area positif yang memberikan setimen bullish emas. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kenaikan harga emas akan mendapat resisten-resisten sebelum mencapai rekor tertingginya.
Resisten pertama terlihat di kisaran US$ US$ 1,569 yang berarti target pertama penguatan emas menuju area tersebut. Resisten selanjutnya di kisaran US$ 1.800, dan jika berhasil dilewati emas berpotensi mencapai lagi rekornya US$ 1.920 per troi ons.
Level-level yang perlu diperhatikan adalah US$ 1.433 dan US$ 1.351, jika nantinya harga emas terus bertahan di atas level tersebut peluang berlanjutnya kenaikan akan terbuka lebar. Perlu diingat, potensi kenaikan tersebut merupakan jangka panjang, dan ada asumsi-asumsi yang mendasari. (Lukman Hqeem)