ESANDAR, Jakarta – Poundsterling menjadi primadona pada perdagangan hari Kamis (14/03). Parlemen Inggris menolak meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, sehingga membuka jalan bagi pemungutan suara ulang setidaknya akhir Juni.
Penolakan Brexit tanpa kesepakatan mengirim reli mata uang ini ke $ 1,3380, tertinggi sejak Juni 2018. Ini melonjak 2,1 persen untuk kenaikan persentase satu hari terbaik sejak April 2017. Mata uang ini memangkas kembali beberapa kerugian dari mereka dan terakhir turun 0,6 persen pada $ 1,3258.
“Pemungutan suara kemarin untuk menolak Brexit tanpa kesepakatan tidak menghapus risiko Brexit yang tidak tertib pada 29 Maret,” kata DBS Singapura dalam sebuah catatan. “Karena itu, apresiasi Pound kemarin masih goyah dan tidak memiliki fondasi yang kuat.”
Ujian yang nyata dari laju penguatan Poundsterling akan datang setelah anggota parlemen Inggris mengambil suara terkait jalan ke depan sebelum perpanjangan keluar Inggris dapat diperoleh dari Uni Eropa.
“Jika mereka berhasil mencapai dukungan lintas-partai untuk sebuah kesepakatan, kemungkinan semacam kesepakatan ‘Brexit’ – ini berpotensi menjadi berita yang sangat baik untuk aset Inggris,” kata Russel Silberston, Co-Head Multi Asset di Investec Asset Pengelolaan. Sebaliknya, “Jika Parlemen gagal mencapai kesepakatan, itu akan menuju referendum kedua. Kekhawatiran saya adalah bahwa ini akan mempertanyakan peran Parlemen dan dapat memiliki konsekuensi politik yang serius di masa depan,” tambah Silberston.
Sementara itu dalam perdagangan EURUSD, laju kenaikan Euro berhenti setelah empat sesi berturut-turut naik ke level tertinggi sejak 5 Maret. Terakhir di $ 1,1317.
Indeks dolar memang naik tipis terhadap sekeranjang mata uang menjadi 96,65. Terhadap yen Jepang, bahkan Greenback lebih kuat di 111,55. (Lukman Hqeem)