Dolar AS menguat, Poundsterling terpuruk tajam oleh pernyataan Theresa May (Lukman Hqeem)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Perdana Menteri Inggris Theresa May dilaporkan akan mengumumkan tanggal pengunduran dirinya pada Jumat (24/5/2019) pagi waktu setempat. Salah satu menteri senior kabinet menyampaikan kepada BBC, bahwa May dijadwalkan akan menyampaikan pidato dari kediamannya di 10 Downing Street setelah melakukan pertemuan tertutup dengan anggota parlemen Inggris dari partainya, Partai Konservatif.

Pidato itu akan menyinggung persiapan transisi kekuasaan dari May ke penggantinya. Politisi berusia 62 tahun itu diperkirakan akan memilih 10 Juni 2019 sebagai hari mulainya proses pemilihan penggantinya. May disebut ingin melaksanakan tugas terakhirnya dengan menyambut kunjungan kenegaraan Presiden AS Donald Trump di awal Juni sebelum menyerahkan tampuk kekuasaan.

Perdana Menteri wanita kedua dalam sejarah Inggris ini memang sedang menghadapi tekanan dari Partai Konservatif untuk mengundurkan diri, setelah Kesepakatan Brexitnya ditolak tiga kali oleh Parlemen Inggris termasuk oleh anggota Partai Konservatif. Penolakan itu mengakibatkan molornya Brexit. Inggris yang semula dijadwalkan akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 terpaksa menundanya hingga 31 Oktober 2019.

May awalnya berencana mengajukan Kesepakatan Brexit baru ke parlemen untuk keempat kalinya pekan depan. Namun penolakan keras dari anggota partainya sendiri membuyarkan rencananya yang memicu percepatan tanggal pengunduran dirinya.

Tiga tahun kepemimpinan May didominasi oleh isu Brexit yang membelah Partai Konservatif. May kesulitan mencari titik temu untuk mencapai kompromi antara kubu Remainner dan kubu Leave yang tidak kunjung sepakat mengenai Kesepakatan Brexit. May lolos dari mosi tidak percaya internal yang diajukan partainya pada Januari lalu. Namun, posisinya terus dirongrong oleh ancaman mosi tidak percaya putaran kedua untuk menggulingkannya.

Posisi May juga semakin goyah setelah satu per satu menteri kabinetnya mengundurkan diri karena perbedaan pandangan. Tercatat 36 menteri kabinet May memilih mundur, rekor tertinggi dalam sejarah pemerintahan Inggris. Partai Konservatif akan menggelar pemilihan internal untuk mencari pengganti May.

Pemimpin Partai Konservatif otomatis menjadi Perdana Menteri karena kursi terbanyak parlemen saat ini dikuasai oleh partai yang sering disebut Tory itu. Nama terkuat untuk menggantikan May adalah mantan Menteri Luar Negeri dan Wali Kota London Boris Johnson. Survei terbaru oleh Survation menunjukan 36 persen anggota partai menghendaki Johnson sebagai pemimpin baru.

Nama-nama lainnya tertinggal jauh, seperti Menteri Dalam Negeri Sajid Javid yang berada di posisi kedua hanya meraih 9 persen dukungan, disusul oleh Menteri Lingkungan, Pangan, dan Urusan Rural Michael Gove yang didukung 7 persen pemilih. Mantan Menteri Urusan Brexit Dominic Raab, mantan Pemimpin Majelis Rendah Inggris Andrea Leadsom, Menteri Pertahanan Penny Mordaunt, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt, Menteri Tenaga Kerja dan Pensiun Amber Rudd, Menteri Urusan Pembangunan Internasional Rory Stewart, dan Menteri Kesehatan Matt Hancock adalah nama-nama lain yang juga disebut akan maju mencalonkan diri untuk menggantikan May. (Lukman Hqeem)