ESANDAR, Jakarta – Harga emas melesat ke level yang tidak terlihat sejak 2013 pada perdagangan di hari Kamis (20/06/2019). Para investor berbondong-bondong meloncak ke bursa komoditas logam setelah Federal Reserve AS memutuskan untuk mempertahankan suku bunga namun bergeser dari sikap “sabar” mereka dalam hal kebijakan moneter.
Dalam perdagangan elektronik, harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Agustus melonjak $ 33,50, atau 2,5%, ke $ 1,382.20 per troy ons. Sementara dalam perdagangan di bursa berjangka, kontrak tergelincir $ 1,90 menjadi $ 1,348.80 per ounce. Berdasarkan kontrak berkelanjutan, harga emas saat ini diperdagangkan pada level tertinggi sejak September 2013.
Emas memang terindikasi naik dalam perdagangan elektronik di hari Rabu setelah sebuah pernyataan dilakukan paska penutupan sesi perdagangan. The Fed mempertahankan suku bunga acuan stabil antara 2,25% -2,50%, dimana para pejabat mengatakan bahwa selama enam minggu terakhir, “ketidakpastian” telah meningkat tentang prospek, mengisyaratkan ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Para bankir The Fed tampak berselisih tentang apakah bank sentral akan memotong suku bunga tahun ini, dilihat dari proyeksi bank sentral tentang pergerakan suku bunga di masa depan, yang dikenal sebagai “dot plot.” Logam mulia seperti emas cenderung menarik pembeli dalam bunga rendah – tingkat iklim.
Imbal hasil Obligasi AS untuk tenor 10-tahun turun menjadi hanya di bawah 2%, pada 1,983%, level yang tidak terlihat sejak 2016. Langkah seperti itu dapat membuat utang pemerintah kurang menarik bagi pembeli yang mencari aset surga dibandingkan dengan emas.
“Selama tingkat riil mengarah turun, obligasi dengan imbal hasil negatif meningkat (saat ini $ 12,3t) maka emas hanya akan berjalan satu arah,” kata Chris Weston, kepala riset di Pepperstone.
Emas telah naik lebih dari 2% dalam minggu ini, dimana para investor banyak melakukan aksi beli logam ditengah ketidakpastian sengketa tarif antara China – AS dan kekhawatiran bahwa ekonomi global melemah. Pada hari Selasa, Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi menyarankan bahwa ECB dapat memperkenalkan lebih banyak stimulus jika ekonomi zona euro semakin melemah. Komite Kebijakan Moneter Bank of England juga akan membuat pengumuman kebijakan pada hari ini. (Lukman Hqeem)