Emas Naik dibayangi rencana pidato Jerome Powell

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Sempat melemah diawal sesi perdagangan Asia, harga emas dalam perdagangan hari Kamis (04/01/2018) berakhir naik. Kenaikan ini sekaligus mencatatkan rekor kenaikan panjang selama 10 sesi perdagangan beruntun. Ini merupakan rally terpanjang dalam masa lebih enam tahun terakhir ini.

Harga komoditas logam mulia untuk kontrak pengiriman bulan februari naik $3.10, atau 0.2%, ke harga $1,321.60 per troy ons, meski sempat jatuh hingga ke $1,307.10. Risalah FOMC bulan Desember yang diungkapkan pada hari Rabu, memberikan tekanan pasar disesi awal perdagangan. Harga penutupan ini merupakan yang paling tinggi sejak 15 September silam. Kenaikan selama 10 kali beruntun ini merupakan yang paling panjang dalam satu kontrak sejak kontrak bulan Juli 2011.

Data ekonomi tentang lapangan kerja sektor swasta AS tidak banyak memberikan tekanan pada harga emas. Pasar sepertinya ingin melihat angka yang lebih kuat lagi untuk bisa meyakinkan Dolar AS dan memberikan dampak nyata bagi harga emas. Tenaga kerja terserap disektor swasta mengalami kenaikan 250 ribu, lebih tinggi dari perkiraan dibulan Desember.

Kenaikan yang tinggi pada data ini, akan memberikan sinyal angka yang lebih tinggi pada data pengupahan pekerja non pertanian, nonfarm payroll. Data ini akan signifikan pengaruhnya terhadap Dolar AS. Paska data ketenagakerjaan ADP ini, Indek Dolar AS justru melemah 0.3% ke posisi terendah dalam tiga bulan ini.

Disisi lain, ekspektasi yang tinggi atas kenaikan suku bunga The Fed ditahun ini memberikan tekanan jual pada harga emas. Belum lagi sentimen pemangkasan pajak yang akan membuat kebutuhan Dolar AS meningkat, juga akan menambah sentimen negative bagi perdagangan logam mulia. Sayangnya, sejauh ini kedua isu ini belum mampu mendorong kenaikan indek dolar AS. Pasalnya, para pialang masih mempertanyakan sejauh mana reformasi perpajakan itu akan mendorong perekonomian AS.

Melemahnya Dolar AS sejak akhir Desember lalu hingga kini, telah mendorong kenaikan harga Logam Mulia. Meski demikian, pasar harus waspada dengan potensi kenaikan Dolar dimasa depan. Paska risalah FOMC diterbitkan, Harga Logam Mulia  terkoreksi. Mengindikasikan rentannya kenaikan harga emas saat ini dengan isu kenaikan suku bunga AS.

Dengan komposisi anggota FOMC dimasa depan, kebijakan The Federal Reserve akan cenderung lebih hawkish. Ini berarti, harga emas sangat rentan dengan kebijakan-kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed, khususnya terkait dengan suku bunga. Dijadwalkan, ditahun 2018, The Fed setidaknya akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali.Sesuatu yang benar-benar investor harus perhatikan.

Secara teknikal, pada perdagangan akhir minggu ini, harga emas masih akan melanjutkan kenaikannya. Meskipun harga emas sempat mencapai 1325.80, masih dibawah level resistan jangka menengah di 1328. Level selanjutnya di $1.334. Sementara koreksi yang terjadi terlihat akan membawa harga emas setidaknya ke level support di $1.319 hingga terjauh di $1.311.  (Lukman Hqeem)