ESANDAR, Jakarta – Jerome Powell resmi dilantik sebagai Gubernur Utama The Federal Reserve menggantikan Janet Yellen. Yellen secara resmi meletakkan jabatannya, empat tahun penuh memegang tampuk pimpinan bank sentral AS.
Di akhir masa jabatannya, Yellen mengungkapkan rasa kecewanya pada Presiden Donald Trump. Keputusan Trump yang tidak memperpanjang jabatannya untuk periode yang kedua diutarakan dalam sebuah wawancara. Lazimnya, Gubernur Utama The Fed memimpin selama 2 kali periode. Tidak ada keterangan apakah pergantian ini berhubungan dengan pandangan politik. Sebagaimana diketahui bahwa Janet Yellen selama pilpres 2016 lalu selalu di pihak Demokrat. Pilihan Trump kepada Jerome Powell yang memang seorang Republikan, cukup beralasan bila begitu.
Kekeceawaan Yellen tersebut memang tidak bisa menjadi penyebab bagi rontoknya pasar saham di AS yang terjadi sejak akhir pekan lalu hingga semalam di mana Wall Street telah melemah lebih dari 6%. Yellen sendiri telah mengabdi kepada The Fed sejak 14 tahun yang lalu. Pada masa 4 tahun terakhir, dirinya menjadi Gubernur Utama menggantikan Ben Bernanke.
Sebelumnya, Yellen pernah menduduki kursi Gubernur Bank Sentral Wilayah San Fransisco. Pada 2014 dirinya ditunjuk oleh Presiden Obama sebagai Gubernur Utama The Fed dan posisi yang ditinggalkannya di isi oleh Jerome Powell yang sekarang menggantikan dirinya.
Banyak kalangan sangat memuji kinerja Yellen dalam mengerjakan tugasnya sebagai ketua yang berhasil menormalisasi kebijakan moneter AS dengan cara mengakhiri paket bantuan ekonomi AS atau QE dan juga berhasil meningkatkan suku bunga bank sentral AS sebanyak 5 kali dari posisi suku bunga 0,25% hingga menjadi 1,5% di Desember lalu.
Kepemimpinannya juga berhasil membawa pasar saham Wall Street menguat tajam sejak tahun lalu dan selalu membuat rekor tertinggi sepanjang sejarah saham di AS sehingga ini sebuah pertanda bahwa kinerja ekonomi AS sedang solid dan stabil sebagai hasil kerja pintar Yellen dan sisi kontroversial dari Trump yang selalu membuat bingung pasar.
Dalam kesempatan terakhir tersebut, ia juga mengungkapkan bahwa kenaikan indeks saham di AS tersebut merupakan kejadian yang normal di kala kinerja ekonomi sebuah negara membaik, dan dirinya melihat indeks tersebut nilainya memang dirasa tidak terlalu tinggi serta bank sentral AS memang tidak melakukan koordinasi agar bursa saham menguat terus.
Kondisi alami memang diakuinya membuat dirinya juga terkejut di mana posisi neraca bank sentral AS sendiri di rasa kurang begitu optimal dalam mencegah gejolak di pasar, namun dirinya cepat-cepat meralatnya dengan ucapan optimis bahwa di bawah kepemimpinan Powell maka The Fed akan semakin kokoh dalam menghadapi segala hal kondisi termasuk resesi ekonomi dunia. (Lukman Hqeem)