Bursa Saham AS jatuh oleh terkoreksinya saham Apple

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS pada perdagangan Selasa (26/12/2017) berakhir turun. Jatuhnya saham Apple Inc. menjadi pendorong utama penurunan kali ini. Disisi lain, kenaikan harga minyak mentah dipasar berjangka menambah sentimen negative pasar.

Indek Dow Jones berakhir turun 7.85 poin atau kurang dari 0.1%, ke 24,746.21. Saham Appleanjlok sekitar 30 poin, sehingga mempengaruhi indek bursa dan meluas dengan menyeret sejumlah saham sektor teknologi. Indek S&P 500 turun 2.84 poin atau 0.1%, ke 2,680.50. Kenaikan harga minyak mentah mendorong naiknya sejumlah saham sektor energi. Indek Nasdaq turun 23.71 poin atau 0.3%, ke 6,936.25.

Harga Minyak mentah dipasar komoditi menanjak pada posisi termahal dalam dua setengah tahun terakhir ini. Harga mengalami kenaikan atas sentimen ganguan suplai minyak mentah di Timur Tengah dan Eropa. Sementara harga emas juga naik ke posisi termahal dalam empat minggu ini, didorong memelahnya Indek Dolar AS yang kini berada di kisaran angka 93.24. Harga Bitcoin berjangka bergerak naik turun dikisaran $16,000.

Pada hari pertama perdagangan paska libur Natal, Boxing Day, volume perdagangan sangat rendah. Sebagian besar bursa saham global juga libur pada hari Senin. Ini memberikan ruang bagi sebagian besar investor untuk menahan diri dan menikmati liburan mereka. Setidaknya hingga pergantian tahun nanti. Pasar Eropa sendiri masih tutup pada Boxing Day.

Tren indek saham diperkirakan akan naik. Salah satu sentimen pendorong kuat adalah kebijakan stimulus dari pemangkasan pajak korporat. Seperti diketahui bahwa minggu lalu pihak Republikan berhasil meloloskan UU Perpajakan. Sementara hal yang bisa menghambat kenaikan ini adalah masalah tagihan belanja pemerintah yang terancam dihentikan pendanaannya awal 2018 ini. Hal ini masih mempengaruhi strategi perdagangan diawal 2018 nanti.

Pemangkasan pajak korporat akan menjadi sentimen yang harus diantisipasi. Diharapkan akan adanya kenaikan belanja korporat dengan kebijakan stimulus ini, termasuk belanja infrastruktur. Dengan demikian, tentu tak ada alasan untuk tidak mengikuti tren yang ada atau memilih untuk mengambil sikap berlawanan. Pendek kata, memasuki pergantian tahun ini, pasar akan memasuki wilayah positif.  (Lukman Hqeem)