ESANDAR, Jakarta – Rancangan Undang-undang Perpajakan (RUU) yang diajukan oleh Trump, menuai hambatan. Pihak Senat AS mengumumkan bahwa penerapan reformasi perpajakan tersebut sekurang-kurangnya akan dilakukan pada 2019.
Sebagaimana diketahui, bahwa dengan skema perpajakan baru tersebut, pendapatan perusahaan-perusahaan berpotensi meningkat. Namun pasar keuangan dunia tidak terlalu terkejut karena ternyata The Fed tidak memasukkan proyeksi pertumbuhannya untuk masalah reformasi pajak AS tersebut, sehingga secara umum perhitungan proyeksi pertumbuhan The Fed untuk tahun 2018 hingga 2019 tidak berubah sebagaimana tertundanya reformasi pajak tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh ketua cabang The Fed wilayah Cleveland Loretta Mester semalam dalam wawancaranya dengan media CNBC. Menurut Mester dirinya sempat kuatir dengan reformasi pajak tersebut karena dengan memasukkan komponen paket bantuan fiskal tersebut ke dalam proyeksi kinerja ekonomi The Fed, maka sisi pertumbuhan ekonomi atau PDB bisa melaju dengan pesat, diiringi pula dengan melejitnya inflasi AS serta meningkatnya hutang konsumen.
Dirinya memang terkejut dengan hasil coret-coretan proyeksi kinerja ekonomi AS yang memasukkan unsur pajak baru tersebut, namun dirinya tidak dapat terlalu jauh dan lebih terperinci menghitung proyeksi ke depan karena dari pihak pemerintah Trump sendiri belum menjelaskan secara rinci bagaimana dan berapa pemotongan pajak tersebut, sehingga memang sulit diketahui dampak pastinya ke ekonomi AS sendiri, imbuh Mester semalam.
Beruntung juga menurut Mester bahwa dalam rapat suku bunga terakhir, The Fed tidak memasukkan unsur pajak ini ke dalam perhitungan proyeksi The Fed. Alhasil, menurut Mester memang sebaiknya suku bunga The Fed harus naik secara bertahap hingga 2019 nanti. Mester yang tidak punya hak suara dalam FOMC meeting , berpendapat bahwa kenaikan suku bunga The Fed secara bertahap adalah cara terbaik untuk mengatasi inflasi AS dan mendukung perekonomiannya. Dimana dengan naik bertahap, maka ekspansi ekonomi AS masih dapat diperpanjang. Sejauh ini pula, menurut Mester bahwa bank sentral AS selalu merevisi proyeksinya bila data ekonomi penting AS mengubah pandangan tersebut.
Oktober lalj, Federal Reserve melihat bahwa ekonomi AS telah berkembang dengan mantap dan ada saran agar kenaikan suku bunga lainnya dapat terjadi di Desember ini. Bank sentral AS juga telah mulai mengurangi defisit neraca bank sentral senilai $4,5 trilyun dibawah program pelonggaran kuantitaifnya dalam upaya menormalisasi kebijakan moneter AS.
Sedang kenaikan harga minyak yang bisa mendorong inflasi lebih tinggi, menurut Mester tidak perlu juga dikuatirkan. Hal ini karena The Fed mengubah target inflasi secara mendadak. Kalau iya maka The Fed memang harus menghitung ulangnya.