Saham - Gelembung Bursa Saham

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Kenaikan yang terjadi di bursa saham AS semenjak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, dianggap tidak memiliki faktor atau karakter yang mencirikan akan adanya penggelumbungan bursa secara klasik.

Kajian yang dilakukan oleh Olivier Blanchard, ekonom terkemuka dan mantan kepala ekonom Dana Moneter Internasional, IMF baru-baru ini diterbitkan oleh Peterson Institute for International Economics. Dalam tulisan tersebut, Blanchard mengatakan bahwa ada peningkatan umum dalam aktivitas ekonomi dan penurunan ketidakpastian kebijakan ekonomi di seluruh dunia yang menjadi pendorong utama di balik meningkatnya pasar saham. Hal ini menghasilkan kenaikan pada dividen aktual.

Disisi lain, prospek kebijakan pemangkasan pajak ala Trump juga memainkan peran. Sifat yang hilang adalah bahwa investor bersedia membayar lebih untuk ekuitas daripada nilai fundamental mereka. Blanchard mengatakan ada penurunan “premi risiko ekuitas” sejak pemilihan lalu. Namun demikian, penurunan ini “terbatas” dan hanya mengembalikan premi ke tingkat semester pertama tahun 2000an.

Ditegaskan olehnya bahwa penurunan premi ekuitas ini relatif kecil dan sampai akhir 2017 tingkat premi tidak tampak sangat rendah secara historis. Dengan kata lain, jika pasar saham A.S. memiliki komponen untuk menggelembung, komponen ini tidak terlalu besar ujar Blanchard.

Dalam kajian yang dilakukan atas kinerja pasar saham sampai akhir 2017, ketika indeks S&P 500 meningkat sekitar 25%. Keuntungan saham lebih lanjut pada bulan Januari, terjadi ketika S&P naik 5,6%. Kenaikan ini mungkin memiliki lebih banyak komponen gelembung, pun demikian itu menyebabkan aksi jual di pasar yang singkat namun cukup tajam awal bulan ini.

Sebaliknya, dengan reli pasar yang dialami selama sepekan terakhir, muncul pertimbangan kembali mengenai kematian kenaikan pasar. Pasar dianggap tidak hanya berbalik menyerang seminggu yang lalu. Sebagaimana yang diamarkan oleh Jeremy Grantham, ekonom yang memperkirakan akan terjadinya penurunan di tahun 2000 dan 2008. Jeremy Grantham mengingatkan investor pada hari ini, untuk bersiap menghadapi kemungkinan “meleleh” nya pasar dalam jangka pendek. Hal ini juga bisa membuat panggung gelembung meledak pasar dan bahkan kehancuran pasar saham.

Dalam sebuah catatan setebal 13 halaman, Jeremy Grantham dalam pandangan pribadinya menekankan perlunya investor melihat pengaturan pasar saat ini dengan gelembung terakhir, termasuk ledakan teknologi 2000 dan pendahulunya, krisis 1929.

“Saya menyadari di satu sisi bahwa ini adalah salah satu pasar dengan harga tertinggi dalam sejarah A.S. Di sisi lain, sebagai sejarawan dari gelembung ekuitas besar, saya juga menyadari bahwa saat ini kami menunjukkan tanda-tanda memasuki fase peledakan atau meleleh dari pasar bull yang panjang ini, “kata Grantham. (Lukman Hqeem)