Theresa May Sukses menyataukan faksi faksi dalam pemerintahannya dalam menghadapi Uni Eropa soal perundingan BREXIT

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Sunday Times, salah satu harian terkemuka di Inggris melaporkan bahwa 40 anggota parlemen dari Partai Konservatif yang dipimpin oleh Perdana Menteri Theresa May, setuju untuk menandatangani surat tidak kepercayaan padanya. Mosi tidak percaya ini cukup mengguncang. Pasalnya hanya perlu delapan anggota lagi yang dibutuhkan untuk memaksa May turun dari jabatannya.

Tidak ingin menyia-nyiakan, Partai Buruh Inggris menuding PM. Theresa May kurang mendapat dukungan dari Partai Konservatifnya untuk mewujudkan berbagai rencana May dimasa transisi Brexit. Partai Buruh mendesak agar May membuka jalan bagi kemungkinan bekerja sama dengan oposisi.

Keir Starmer, dari Partai Buruh, menulis surat kepada May pada hari Senin dan mengatakan kepadanya bahwa ada suara “mayoritas yang masuk akal” di Parlemen yang meminta masa transisi dua tahun. Dimana pada masa transisi ini, memungkinkan Inggris untuk tinggal di dalam pasar tunggal hingga 2019. Inggris akan tetap membuka negosiasi untuk hubungan masa depan dengan Uni Eropa dalam masa ini pula. Dia mengatakan bahwa penentangan terhadap pengaturan semacam itu justru berasal dari Konservatif.

“Selama beberapa pekan terakhir, semakin jelas bahwa Anda sendiri tidak memiliki wewenang untuk memberikan kesepakatan transisi ke Eropa dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan ekonomi,” tulis Starmer dalam suratnya kepada PM May, yang kemudian diumumkan olehnya kantornya.

Meskipun PM May tidak mungkin menyambut tawaran Buruh tersebut, hal itu juga menyoroti kelemahan posisinya. Ketika RUU Penarikan Inggris dari UE  kembali ke meja Parlemen pada hari Selasa, RUU tersebut akan menghadapi ratusan usulan amandemen untuk dipertimbangkan selama delapan hari perdebatan. Bahkan dengan dukungan Partai Unionis Demokratik Irlandia Utara, PM May hanya memiliki mayoritas yang tipis. Tories (para tokoh Partai Konservatif) yang ingin menjalin hubungan dekat dengan UE telah menunjukkan beberapa aksi, menunjukkan bahwa pemerintah harus mundur atau akan dikalahkan.

RUU tersebut kembali ke House of Commons dengan kondisi PM May telah kehilangan dua menteri Kabinet karena skandal yang berbeda dalam dua minggu terakhir. Sunday Times melaporkan pada hari Minggu bahwa 40 anggota parlemen Konservatif yang sekarang mendukung tantangan terhadap kepemimpinannya, hanya delapan dari jumlah yang dibutuhkan untuk memicu digelarnya pemungutan suara.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Boris Johnson dan Menteri Lingkungan Michael Gove menulis surat bersama kepada PM May. Mereka memperingatkan bahwa pemerintah tidak bekerja cukup keras atas penyelesaian Brexit. Keduanya juga bersikeras bahwa masa transisi tersebut harus berlangsung paling lama dua tahun.

Gove sendiri menolak untuk mendiskusikan surat tersebut saat ditanyakan tentang hal itu saat wawancara di BBC, selain mengkonfirmasikan posisinya. Tapi dia memang menyatakan kesediaan untuk menerima kondisi pembayaran lebih tinggi ke Uni Eropa jika itu adalah harga dari sebuah kesepakatan Brexit. (Lukman Hqeem)