Bank of England, Inggris

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bank of England (BOE), pada Kamis (07/02) mengumumkan proyeksi pertumbuhan Inggris yang mengalami pelemahan. Dalam pernyataannya, dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini berada dalam posisi terlemah dalam satu dekade.

Bank sentral menurunkan secara tajam proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi 1,2 % dari perkiraan sebelumnya 1,7 %, yang dibuat baru-baru ini pada November. Ini merupakan pemangkasan terbesar sejak referendum Brexit dilakukan pada 2016 dan menempatkan Inggris di jalur pertumbuhan ekonomi terlemahnya dalam 10 tahun sejak krisis keuangan global.

Untuk tahun 2020, prospek pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga dipangkas menjadi 15 persen dari 1,7 persen sebelum naik ke 1,9 persen yang lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya pada tahun 2021. Perlambatan ini mencerminkan aktivitas yang lebih moderat di luar negeri dan efek yang lebih besar dari ketidakpastian Brexit di dalam negeri.

Prospek pertumbuhan yang lebih lemah datang bahkan ketika Bank mengakui bahwa investor telah mengurangi harapan mereka tentang seberapa besar tingkat suku bunga akan naik, faktor kunci yang menopang outlooknya sendiri. BoE melihat penurunan tahun ini dalam investasi bisnis dan pembangunan rumah, yang telah lemah menjelang Brexit, serta separuh dari tingkat pertumbuhan ekspor, mencerminkan perlambatan global.

Ketidakpastian Brexit dan perlambatan ekonomi global, menjadi sumber utama peristiwa ini. Menyikapi hal ini, kebijakan suku bunga akan naik menurut Bank Sentral jika kesepakatan Brexit dilakukan.Tentu saja ini menjadi aksi yang berseberangan dengan sikap sejumlah bank-bank sentral lainnya.

Pasalnya, sejumlah bank-bank sentral mengatakan akan menahan diri dari menaikkan biaya pinjaman. Pun demikian, Bank of England menegaskan bahwa kenaikan suku bunga yang dimaksud akan dilakukan secara bertahap dan terbatas terlebih jika Brexit nanti tidak juga mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa. Inggris secara resmi akan keluar dari blok tersebut dalam kurun waktu 50 hari lagi.

Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret dimana Perdana Menteri Theresa May masih akan berusaha untuk mendapatkan lebih banyak konsesi dari Uni Eropa. Sayangnya, dalam upaya itu dukungan suara dari Partai Konservatif terpecah.

Bank Sentral Inggris sebelumnya mengatakan skenario Brexit tanpa kesepakatan merupakan hal yang buruk untuk masa transisi. Hal ini bisa menghilangkan kepercayaan investor asing di Inggris sehingga memukul perekonomian yang lebih dalam ditengah krisis keuangan global.

Faktanya, pertumbuhan ekonomi Inggris memang melambat sejak akhir 2018 dan tampaknya berlanjut sejak awal 2019. Para pembuat kebijakan di Bank Sentral melakukan pemungutan suara dan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga saat ini di 0,75 %. Keputusan ini masih seperti yang diharapkan para ekonom dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters. (Lukman Hqeem)