ESANDAR, Jakarta – Harga emas berakhir lebih tinggi pada hari Jumat (20/07), menghapus sebagian dari kerugian mingguan mereka. Kenaikan ini didorong koreksi yang terjadi pada Dolar AS, menyusul komentar pedas Presiden Donald Trump mengenai kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Trump menyuarakan ketidaksenangannya dengan meningkatkan suku bunga Federal Reserve dalam sebuah wawancara hari Kamis, hal ini membuat indek dolar menurun. Momentumnya, setelah wawancara tersebut disiarkan dan Donald Trump kembali mencuit pada hari Jumat, dengan menuduh Cina dan Uni Eropa memanipulasi mata uang dan suku bunga mereka.
Dia mengatakan bahwa Cina, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang dan suku bunga mereka lebih rendah, sementara AS. menaikkan suku bunga sementara dolar menjadi lebih kuat dan kuat setiap harinya – menghilangkan keunggulan kompetitif kita. Seperti biasa, bukan level bermain …Tweet ini menguncang pasar keuangan, dan mendorong Indek Dolar AS turun 0,7%/ .
Harga Emas untuk kontrak pengiriman bulan Agustus naik $ 7,10, atau 0,6%, untuk menetap di $ 1,231.10 per ounce. Logam Mulia sebelumnya di $ 1,224 menandai masuknya emas kedalam wilayah koreksi lebih dari 10% dari puncaknya pada 15 Januari di $ 1,362.90. Dengan kondisi ini, harga emas berpeluang menjalani tren penurunan jangka panjangnya dengan target ke $ 1.200.
Volatilitas pasar diperkirakan akan terjadi hingga saat pemilihan pada November nanti. Dalam jangka panjang, kenaikan suku bunga dikombinasikan dengan resiko perdagangan global akan membuat emas menarik kembali sebagai aset tujuan investasi.
Seperti diketahui, Trump mengatakan dia siap untuk mengenakan tarif atas semua barang-barang Cina yang diimpor ke Amerika Serikat. Ada harapan permintaan baru untuk emas sebagai aset surgawi, atau untuk lindung nilai inflasi, sehingga harga emas berpeluang kembali ke $ 1.300 per ons, setidaknya di akhir 2018.
Harga emas bisa lebih positif, karena the Fed bisa saja berhenti menaikkan suku bunga pada 2019. Sementara perekonomian AS diperkirakan akan melambat tahun depan, ditambah dolar yang lebih lemah akan semakin membuka peluang kenaikan itu. (Lukman Hqeem)