Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Indeks saham AS diguncang pada perdagangan di hari Senin (09/03/2020), dimana indek utama memicu kerugian setidaknya 7% dan menandai penurunan harian terburuk mereka dalam beberapa tahun, karena meletusnya perang harga minyak antara OPEC dan Rusia dan meningkatnya ketakutan akan virus coronavirus memicu kerugian besar di seluruh pasar ekuitas global. Penurunan harga yang curam diawal perdagangan bahkan memicu alarm pemutus sirkuit sehingga perdagangan sempat dihentikan.

Indek Dow Jones ditutup turun 2,013,76 poin, atau 7,8%, pada 23.851,02, sedangkan S&P 500 turun 225,81 poin, atau 7,6%, berakhir pada 2.746,56, dekat dengan sesi terendahnya. Nasdaq anjlok 624,94 poin, atau 7,3%, menjadi berakhir pada 7.950,68. Ketiga tolok ukur tersebut mengalami penurunan persentase satu hari terbesar sejak 2008.

Bursa saham A.S. ditutup di dekat wilayah pasar bearish, dimana lazimnya didefinisikan sebagai penurunan 20% dari puncaknya baru-baru ini, pada hari Senin, sesuai dengan ulang tahun ke 11 dari pasar bull yang dimulai 9 Maret 2009.

Kombinasi dari kekhawatiran yang berkembang tentang wabah COVID-19, diperkuat oleh aksi jual yang kuat dalam harga minyak mentah dan perusahaan-perusahaan terkait energi memperkuat pasar yang lebih rendah.

“Penurunan harga minyak, bersama dengan wabah lebih lanjut dari coronavirus di seluruh Eropa, dan pemerintah Italia memaksakan penguncian di seluruh Italia utara dan di sekitar wilayah Milan, telah mempercepat desakan untuk keluar di pasar saham mengirim hasil obligasi AS ke rekor terendah baru, ”kata Michael Hewson, analis dari CMC Markets UK.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April berakhir turun 25% pada $ 31,13 per barel, sedangkan minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan Mei, sebagai patokan harga minyak global, jatuh 24% menjadi $ 34,36 per barel. Kedua kelas itu mencatat penurunan tajam satu hari sejak Perang Teluk 1991.

Kemerosotan minyak mentah terjadi setelah penurunan 10% pada hari Jumat setelah pembicaraan antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka runtuh dengan Rusia yang menolak untuk menyetujui rencana yang dipimpin Arab Saudi untuk tambahan pengurangan produksi minyak mentah. Sebagai tanggapan, Arab Saudi selama akhir pekan memangkas harga minyak mentah dan bersiap untuk meningkatkan produksi, dalam serangan langsung terhadap pangsa pasar Rusia, The Wall Street Journal melaporkan.

Goldman Sachs pada hari Minggu mengatakan perang harga dapat mendorong harga minyak mentah menuju $ 20 per barel terutama karena perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh wabah corona memperlambat permintaan global. Level harga tersebut “akan mulai menciptakan tekanan finansial akut dan penurunan produksi dari shale serta produsen berbiaya tinggi lainnya,” Goldman memperingatkan.

Sementara itu di front COVID-19, Italia hampir mengunci wilayah utara yang berisi sekitar seperempat dari populasi, pada hari Minggu dalam upaya untuk memperlambat penyebaran wabah corona. Sementara itu, sejumlah sekolah ditutup di California dan berbagai acara dibatalkan, ketika sebuah kapal pesiar yang terkena virus corona disiapkan untuk berlabuh di Oakland pada hari Senin dengan pihak berwenang menyiapkan rencana untuk mengangkut 3.500 penumpang ke pangkalan militer di seluruh negara untuk pengujian dan karantina. Pada hari Minggu, virus tersebut telah membuat 107.897 orang sakit di seluruh dunia, dengan 3.658 kematian.

Ekonom di Oxford Economics menulis bahwa dengan “kasus COVID-19 meningkat di berbagai titik panas di luar China dan pasar dalam retret” perusahaan riset melihat “risiko utama gangguan berkelanjutan dan signifikan diperburuk oleh kondisi kredit yang lebih ketat.”

“Resesi global mungkin belum menjadi konsekuensi tak terhindarkan dari wabah koronavirus tetapi bahkan lonjakan berita buruk bisa menjadikannya pandangan dasar kami,” kata para ekonom.

Sekarang ada 111.284 kasus COVID-19 dan 3892 kematian, menurut angka terbaru yang disusun oleh Universitas Johns Hopkins. Lebih dari 62000 orang telah pulih. Namun, wabah di Italia (7.375 kasus dan 366 kematian) kini telah melampaui Iran (7.161 kasus dan 237 kematian) dan hampir sebesar wabah di Korea Selatan (7.478 kasus dan 53 kematian) dalam hal jumlah kasus.