ESANDAR – Harga emas bukukan penurunan dalam perdagangan di hari Jumat (04/12/2020) setelah banyak investor membukukan kenaikan tajam sebelumnya. Sementara bursa saham AS membukukan kenaikan tertingginya, meski harapan akan stimulus ekonomi AS yang membesar akan mendukung kenaikan harga emas batangan untuk melakukan reli lebih lanjut. Harga Emas tetap membukukan kenaikan secara mingguan yang pertama kalinya dalam empat minggu terakhir.
Pada perdagangan di pasar spot, harga emas turun 0,3% menjadi $ 1,834.92 per troy ons, di tengah jalur untuk catatan kenaikan mingguan sekitar 2,6%. Sementara dalam perdagangan di bursa berjangka AS , emas turun 0,1% pada $ 1,840.
Harga emas makin mendekati ke harga $ 1850 per troy ons setelah melalui empat perdagangan yang berombak. Harga $ 1,850 dianggap sebagai level resisten yang signifikan karena sangat tangguh sebagai level dukungan selama dua bulan terakhir.
Disisi lain, reaksi emas terhadap laporan penggajian AS yang sangat lemah, dimana alih-alih bisa menjadi sentiment bagi investor untuk mengumpulkan posisi baru, para pemburu barang murah mungkin dipuaskan untuk saat ini, justru memunculkan beberapa aksi jual yang membuat harga stabil. Sebagaimana diketahui bahwa data ekonomi yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan ekonomi AS menambahkan paling sedikit pekerja dalam enam bulan di bulan November, memperkuat ekspektasi lebih banyak stimulus fiskal yang mengangkat indeks utama Wall Street menjadi tertinggi sepanjang masa.
Sementara itu, RUU stimulus ekonomi korona senilai $ 908 miliar mendapat dukungan dari kedua belah pihak partai di Kongres AS pada hari Kamis. Paket stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya akan dirilis tahun ini dapat mendorong harga emas naik sekitar 21%, mengingat daya tariknya sebagai lindung nilai kemungkinan inflasi dan penurunan nilai mata uang sebagai akibat dari rangsangan.
Tapi ekspektasi peluncuran vaksin ditambahkan secara keseluruhan optimisme untuk rebound ekonomi, menjaga pasar saham tetap dekat rekor tertinggi. Bullion yang tidak memberikan imbal hasil dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi kemungkinan hasil dari stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di luar koreksi jangka pendek, dolar yang lebih lemah, negative tingkat riil, kekhawatiran seputar inflasi dan ekspektasi stimulus fiskal selanjutnya ditengah kebijakan moneter yang akomodatif kemungkinan akan menjaga harga emas berisiko condong ke atas. Dolar menuju minggu terburuknya sejak itu awal November, membuat emas lebih murah bagi pemegang lainnya mata uang.
Pasar sekarang mengharapkan pertumbuhan PDB dunia yang lebih tinggi di tahun 2021, terutama dengan peluncuran vaksin, yang mana akan menciptakan lingkungan berisiko. Meski demikian, di sisi lain, dolar AS melemah dan campuran kebijakan fiskal dan moneter, serta risiko geopolitik mendasari emas. Dengan demikian, akan ada setidaknya dua sentiment yang datang di waktu yang sama.