ESANDAR, Jakarta – Dolar AS naik lebih tinggi pada hari Selasa (03/04), pulih dari pelemahan sebelumnya. Meskipun kondisinya masih lemah terhadap mitra-mitranya, khususnya dengan negara-negara NAFTA. Presiden Donald Trump sedang mencari kesepakatan perundingan kembali dalam dua minggu ke depan.
Indeks Dolar Amerika Serikat DXY yang mengukur Dolar AS terhadap enam rival, naik 0,2% menjadi 90,184. Dalam perdagangan USDJPY, dolar menguat menjadi ¥ 106,60, naik dari ¥ 105,91 pada akhir Senin di New York, setelah Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda mengatakan berbicara tentang penghentian jangka pendek dari kebijakan moneter ultra longgar BOJ adalah sesuatu yang dianggap prematur. Euro juga turun ke $ 1,2272 dari $ 1,2303, sementara poundsterling diperdagangkan sedikit lebih tinggi pada $ 1,4059, dibandingkan dengan $ 1,4045. Sementara Aussie dalam perdagangan AUDUSD naik menjadi $ 0,7683 dari 0,7660 akhir Selasa di New York, setelah Reserve Bank of Australia mempertahankan suku bunga tidak berubah.
Greenback melemah terhadap mitra NAFTA, tergelincir terhadap dolar Kanada dan peso Meksiko. Satu dolar dibeli C $ 1,2806, turun dari C $ 1,2915, setelah mencapai level terendah sejak Februari selama sesi Selasa, serta 18.2330 peso, versus 18.2438 Selasa malam. Harapan untuk renegosiasi Nafta, setelah Trump dikabarkan sedang mencari kesepakatan dalam KTT Amerika dalam dua minggu, terus mendorong dolar Kanada dan peso Meksiko naik pada hari Selasa.
Para pelaku pasar juga terus mencermati perkembangan Perang Dagang AS – Cina. Dikabarkan Cina telah melakukan serangan balik dengan menetapkan 130 komoditas AS yang akan disesuaikan tarifnya, termasuk komoditas buah dan daging babi yang merupakan andalan ekspor sektor pertanian AS.
Pada minggu ini, sejumlah indikator ekonomi akan menjadi pusat perhatian pasar. Data lapangan kerja sektor swasta yang dilaporkan ADP pada hari Rabu dan kemudian data Non Farm Payroll akan menarik investor. Tak heran, pasar akan bersikap menunggu sehingga membuat perdagangan akan cenderung bergerak bolak-balik. Hari ini, tidak ada pengumuman ekonomi besar yang dijadwalkan untuk Selasa.
Boleh dikatakan bahwa dolar AS telah terjebak dalam perdagangan didalam kisaran sempit selama beberapa minggu. Setelah terkoreksi secara signifikan diawal 2017. Para pelaku pasar telah mempertimbangkan apakah greenback tengah terdepresiasi dan bisa melorot lebih dalam dari yang seharusnya, terlebih dengan sejumlah latar belakang fundamental.
Dengan dukungan kebijakan The Federal Reserve yang mulai melakukan pengetatan kebijakan moneternya, Dolar AS berpeluan naik. Sayangnya sentiment negative juga dominan dengan tekanan politik di Washington DC dan ketidakpastian perdagangan global. Kekuatan relatif dalam mata uang saingan, termasuk euro dan yen, juga membantu menekan dolar, sementara kelemahan dalam mata uang komoditas telah membantu mendukung greenback.
Dari sudut pandang teknis, beberapa indikasi masih bullish di sekitar harga saat ini dengan potensi jangka panjang indek Dolar AS masih di 88,50 akan menjadi perlawanan signifikan. (Lukman Hqeem)