Bursa saham berbalik menguat kembali setelah kekhawatiran akan menyebarnya krisis lira Turki bisa mereda.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS ditutup naik diakhir pekan, Jumat (01/03). Dimana Indek S&P 500 berakhir di atas 2.800 untuk pertama kalinya sejak 8 November.

Dorongan kenaikan terjadi atas berita bahwa negosiasi perdagangan antara AS dan China dapat berakhir segera dalam dua minggu ini. Namun, data terbaru tentang aktifitas pabrikan A.S. yang mengecewakan, menahan optimisme investor.

Indek Dow Jones naik 110,32 poin, atau 0,4%, ke 26.026,32, sedangkan indek S&P 500 naik 19,20 poin, atau 0,7% ke 2.803,69. Indek Nasdaq naik 62,82 poin, atau 0,8%, ke 7.595,35. Dalam sepekan, Indek S&P 500 naik 0,4% dan Nasdaq naik 0,9% sementara Dow Jones justru turun sekitar 0,1% untuk menghentikan kenaikan beruntun sembilan minggu, terpanjang sejak Mei 1995.

Dalam perdagangan sebelumnya, bursa saham Asia juga berakhir naik. Indek Nikkei 225 dan Indek Hang Seng mampu berakhir di zona positif. Indek Kospi libur untuk perayaan kemerdekaan.  Indek Eropa, Stoxx Europe 600 naik 0,4%.

Dari pasar komoditas, harga minyak turun, sementara harga emas melemah disaat dolar AS naik terhadap sekeranjang mata uang lainnya.

Pelaku pasar menaruh harapan pada negosiasi perdagangan China – Amerika dalam beberapa minggu ke depan. Menurut Bloomberg, pejabat AS sedang mempersiapkan pertemuan puncak antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping. Setidaknya ada perjanjian setelabal 150 halaman yang akan ditandatangani. Sayangnya, dalam sebuah konferensi pers, Trump menekankan bahwa dia akan pergi jika kesepakatan perdagangan yang menguntungkan tidak dapat dicapai.

Pada pekan kemarin, Robert Lighthizer sebagai perwakilan perundingan dari AS mengatakan penundaan pengenaan tariff impor barang China senilai bahwa tarif $ 200 miliar , dari rencana yang akan dikenakan per tanggal 2 Maret, dari 10% ke 25%.

Sementara itu, dari Inggris, dikabarkan bahwa pihak oposisi dari Partai Buruh telah mengkonfirmasi akan mendukung dilakukannya referendum kedua. Dipihak lain, Perdana Menteri Theresa May telah setuju untuk mengizinkan Parlemen menunda Brexit. Ini akan meningkatkan kemungkinan penundaan Brexit ditunda melewati batas waktu Maret ini.

Data ekonomi yang muncul dalam perdagangan akhir pekan adalah pengumuman Indeks manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) yang turun menjadi 54,2% dibulan Februari, di bawah ekspektasi sebesar 55,5%. Pencapaian ini juga menandai laju pertumbuhan paling lambat sejak pemilihan Presiden Trump pada November 2016. Data yang lain adalah PMI manufaktur oleh Markit yang juga dengan hasil mengecewakan.  Pada angka 53,0 dibulan Februari, dari 53,7 pada bulan Januari.

Tak ketinggalan adalah Data dari Departemen Perdagangan AS yang melaporkan bahwa indeks inflasi PCE naik 0,1% pada bulan Desember, dibandingkan dengan kenaikan 0,4% pada bulan November, di atas perkiraan para ekonom dari penurunan 0,4%, menurut jajak pendapat MarketWatch. Perubahan 12 bulan dalam harga tetap stabil di 1,9%.

Sentimen konsumen berada di bawah ekspektasi ekonom, dimana indeks University of Michigan masuk pada 93,8, dibandingkan ekspektasi 95,6, per survei MarketWatch terhadap para ekonom.

Gubernur Bank Sentral AS wilayah Atlanta Raphael Bostic, saat berbicara pada konferensi National Association for Business Economics di Washington, D.C., mengatakan ia masih mengharapkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga sekali tahun ini karena meningkatnya inflasi.

Sayangnya, dengan indikator ekonomi berupa data indek PMI manufaktur AS yang demikian ini telah menurunkan harapan secar adramatis.  Memang angka-angka ini jauh lebih baik daripada apa yang diposting oleh Inggris, Cina dan zona euro – 2 saat-saat ini, dimana sektor manufaktur masing-masing negara tersebut terjebak di wilayah kontraksi, tetap saja hasil pencapaian ini masih memprihatinkan.

Angka-angka yang mengecewakan inilah yang membantu menekan laju kenaikan harga saham sebelumnya. Pada akhirna justru menyebabkan mereka jatuh setelah naik 170 poin sebelum data PMI dirilis. Pupusnya keuntungan diperdagangan hari Jumat ditengah keyakinan bahwa perjanjian perdagangan bilateral AS – China, masih belum pasti, tetapi investor tahu bahwa AS dan China menuju ke arah yang benar.

Sejumlah saham menjadi perhatian pasar, diantaranya saham Gap Inc. yang melonjak 16% setelah raksasa pengecer pakaian itu mengatakan bahwa perusahaan itu akan membelah dua perusahaan perdagangan publik dan menutup sekitar 200 toko mereka.

Saham Foot Locker Inc. menguat 6% setelah pengecer barang-barang olahraga dan pakaian jadi ini melaporkan melampaui perkiraan pendapatan untuk kuartal keempat fiskal.

Saham Immunogen Inc. merosot 47% setelah perusahaan ini mengatakan telah melakukan uji coba fase 3 atas obat pengobatan kanker ovariumnya, mirvetuximab soravtansine, gagal memenuhi titik akhir utama dari kelangsungan hidup bebas perkembangan.

Saham Tesla Inc. tergelincir 7,8% setelah produsen mobil listrik ini mengumumkan di hari Kamis malam bahwa ia kemungkinan akan melaporkan kerugian pada kuartal keempat, bertentangan dengan prediksi sebelumnya yang untng. Tesla juga mengumumkan bahwa mereka akan menawarkan Model 3 seharga $ 35.000, dam memecat karyawan untuk memangkas biaya.

Saham Dentsply Sirona Inc. melonjak 18% setelah pabrik pembuat produk dan teknologi gigi mengalahkan estimasi analis untuk pendapatan dan penjualan kuartal keempat.

Salah satu komponen bursa saham Dow Jones, Walgreens Boots Alliance Inc. turun 6,4% setelah rantai toko obat itu mengatakan pihaknya terus menghadapi tantangan penggantian biaya, serta tekanan dari turunnya harga obat-obatan generik. (Lukman Hqeem)