ESANDAR, Jakarta – Pertumbuhan lapangan kerja di sektor non pertanian AS mengalami perlambatan, bahkan nyaris terhenti sepanjang bulan Februari. Sebagaimana dilaporkan pada akhir pekan kemarin, Jumat (08/03) bahwa angka Nonfarm Payroll hanya tumbuh 20 ribu saja.
Dalam sebuah jajak pendapt yang dilakukan oleh Reuters, diperkirakan bahwa kenaikan angka pekerjaan non pertanian ini mampu tumbuh 180.000 pekerjaan dan tingkat pengangguran turun menjadi 3.9 persen. Sektor konstruksi dan beberapa bidang pekerjaan menyumbangkan angka penurunan yang nyata, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja AS. Tentu saja hasil yang demikian ini menimbulkan kekhawatiran akan datangnya perlambatan ekonomi AS secara tajam.
Perlambatan tersebut kemungkinan mencerminkan peningkatan terkait cuaca yang memudar dalam dua bulan sebelumnya dan pekerja menjadi lebih langka. Selain itu, data untuk Desember dan Januari direvisi menunjukkan 12.000 lebih banyak pekerjaan yang dibuat daripada yang dilaporkan sebelumnya.
Pertumbuhan lapangan kerja tumbuh secara moderat sejalan dengan kondisi ekonomi AS yang melambat, meskipun pada bulan Juli nanti akan menandai 10 tahun ekspansinya. Ini akan menjadi catatan terpanjang dalam kenaikan ekonomi sekaligus mendukung pendekatan kebijakan yang lebih “sabar” dari The Federal Reserve dalam menuju kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Bisa dikatakan bahwa pertumbuhan lapangan kerja di bulan Februari adalah yang terlemah sejak September 2017. Dimana secara rinci dalam laporan ketenagakerjaan tersebut menyatakan potensi pertumbuhan yang masih cukup kuat. Tak heran bila kemudian dikatakan bahwa tingkat pengangguran AS turun kembali ke di bawah 4 % dan pertumbuhan upah tahunan adalah yang terbaik sejak 2009.
Meski lapangan kerja mengalami perlambatan, hal baiknya adalah tingkat pengangguran AS justru masih bisa turun. Dikabarkan bahwa tingkat pengangguran turun dua persepuluh persentase poin menjadi 3.8% pada bulan Februari. Dugaan sementara tingkat pengangguran masih minim karena para pekerja pemerintah federal yang sebelumnya menganggur selama 35 hari semasa “shutdown” kini telah kembali bekerja.
Dengan tingkat pengangguran yang baik, tingkat penghasilan per jam rata-rata juga mengalami kenaikan sebesar 11 sen, atau 0.4 % di bulan Februari. Meski kenaikan ini dianggap hal lazim karena faktor sejarah, dimana setelah naik 0,1 % pada bulan Januari. Catatan ini membuat kenaikan upah tahunan menjadi 3.4 %, sebagai kenaikan terbesar sejak April 2009, dari 3.1 % pada Januari. Dengan demikian, secara keseluruhan laju inflasi upah tetap mengalami pertumbuhan moderat. (Lukman Hqeem)