Gubernur FED Jerome Powell memberi keterangan pers usai pertemuan FOMC

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dalam kesaksiannya di Senat, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menyatakan bahwa kebijakan moneter “harus menjadi misteri bagi siapa pun“.

Jerome Powell memberikan pernyataan tengah tahunnya didepan Komisi Perbankan Senat pada hari Selasa (17/07).  Ia menegaskan bahwa bank sentral berencana untuk terus menaikkan suku bunga dengan kecepatan sekali setiap tiga bulan, setidaknya “untuk saat ini.”

“Dengan pasar kerja yang kuat, inflasi mendekati tujuan kami, dan risiko terhadap pandangan kira-kira seimbang, FOMC percaya bahwa – untuk saat ini – jalan terbaik ke depan adalah terus meningkatkan suku bunga federal funds,” Powell menambahkan.

Apa yang disampaikan oleh Powell ini mengisyaratkan masa yang tidak terlalu jauh dan dalam ruang tarif dari titik di mana kenaikan suku bunga lebih lanjut akan dilakukan secara otomatis. Fed juga harus membuat keputusan dalam pertemuan berdasar evolusi pandangan terkini.

Pernyataan Powell bisa dikatakan cukup optimis, dengan mengutip pertumbuhan ekonomi AS pada “kecepatan yang solid,” dan tingkat pengangguran diperkirakan akan turun rendah. Powell juga menegaskan target inflasi tetap sebesar 2%. Merujuk pada perkembangan yang ada saat ini, Gubernur Bank menyatakan cukup menggembirakan. Ia menunjuk pada “kabar baik” dalam penurunan tingkat pengangguran untuk khususnya bagi Afro-Amerika dan Hispanik. Sementara kenaikan upah berlangsung secara moderat, sehingga tidak menyebabkan inflasi tinggi.

Pada saat yang sama, Powell mengakui bahwa perang dagang dan kebijakan fiskal merupakan bidang utama ketidakpastian dalam pandangan. “Sulit untuk memprediksi hasil akhir dari perundingan-perundiangan saat ini atas kebijakan perdagangan serta ukuran dan waktu dari efek ekonomi dari perubahan terbaru dalam kebijakan fiskal,” kata Powell.

Para senator dari kedua pihak menekan Jerome Powell dalam mengantisipasi dampak perang dagang terhadap prospek ekonomi. Tetapi ketua the Fed menolak untuk ditarik keluar, berpegang pada pesannya bahwa, secara umum, negara-negara yang menerima tarif rendah dan perdagangan bebas memiliki hasil ekonomi yang lebih baik.

Secara keseluruhan, The Fed melihat risiko ekonomi secara tak terduga melemah karena “kira-kira seimbang” dengan kemungkinan ekonomi tumbuh lebih cepat daripada bank sentral saat ini mengantisipasi, kata Powell. The Fed telah menaikkan suku bunga dua kali tahun ini menjadi antara 1,75% -2% dan telah mencatat dua lagi pergerakan seperempat poin.

Pada saat yang sama, Fed memiliki kebijakan untuk mengurangi kepemilikan Treasurys dan sekuritas berbasis mortgage. Program ini “telah berjalan dengan lancar,” kata Jerome Powell.

Tantangan utama bagi The Fed adalah menjaga inflasi mendekati level 2%, tambahnya. Ia mengatakan bahwa ekonomi yang sehat, dengan pasar kerja yang kuat dan inflasi mendekati 2%, dapat berlangsung selama beberapa tahun.

Powell menyebutkan adanya beberapa faktor yang berkontribusi pada pandangan positif ini, seperti kondisi keuangan yang menguntungkan untuk pertumbuhan, sistem perbankan yang kini jauh lebih kuat daripada sebelum krisis dan kebijakan fiskal yang bersifat stimulatif. Selain itu, prospek ekonomi global menurutnya tetap solid meskipun muncul ketidakpastian yang lebih besar di beberapa bagian dunia, tambahnya.

Setelah kesaksian Powell ini, imbal hasil Obligasi AS 10T mencatat sedikit berubah, sementara saham menguat dimana Indek Dow Jones akhirnya ditutup naik 55,23 poin menjadi 25.120.

Saat disinggung mengenai tentang rerata kurva imbal hasil, Powell mengatakan dia menggunakan ukuran sebagai sinyal di mana tingkat kebijakan relatif terhadap pengaturan netral mereka. Apa yang dilakukan The Fed konsisten dengan pandangan ekonom Citigroup, Andrew Hollenhorts bahwa pejabat Fed memiliki sedikit keinginan untuk secara signifikan membalikkan kurva imbal hasil.

Sementara perbedaan imbal hasil yang diawasi ketat antara Obligasi 2 tahun dan 10 tahun mendekati level tersempit sejak tahun 2007. Kurva imbal hasil ini dipergunakan oleh banyak pengamat dan pejabat Fed sebagai prediktor akurat dari resesi. (Lukman Hqeem)