Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Dalam klaim terbarunya, kepemilikan surat utang AS oleh Jepang mengalami kenaikan menjadi $ 1,123 triliun pada bulan Juni. Jumlah ini mendekati level tertinggi selama tiga tahun terakhir ini.

Dalam laporan yang disampaikan oleh Treasury International Capital (TIC) pada Kamis(15/08/2019), digambarkan bahwa pembelian Obligasi AS oleh asing telah mengalami kenaikan dramatis selama tahun ini. Kondisi ini menarik, melihat kenyataan bahwa Amerika Serikat tengah melancarkan perang dagang yang berkelanjutan dimana berakibat pada ganguan pertumbuhan ekonomi global yang tidak kunjung padam.

Kepemilikan Jepang naik menjadi $ 1,123 triliun pada Juni, sekitar tertinggi tiga tahun, dari $ 1,101 triliun pada Mei. Kepemilikan oleh China hanya naik tipis menjadi $ 1,113 triliun pada Juni, dari $ 1,110 triliun pada bulan sebelumnya. Secara keseluruhan, jumlah total Treasury yang dipegang oleh investor asing naik $ 97 miliar, menjadi $ 6,636 triliun pada Juni.

Obligasi AS untuk tenor 10 tahun memiliki imbal hasil sebesar 1,495% pada hari Kamis. Ini merupakan level terendah sejak Agustus 2016. Pada tahun ini saja, besarnya imbal hasil telah mengalami penyusutan lebih dari satu poin persentase, dan melayang di sekitar level 2% pada bulan Juni . Sementara harga obligasi bergerak berlawanan arah dengan imbal hasil, alias naik.

Memang kenaikan pembelian oleh investor asing dapat membantu menenangkan kekhawatiran bahwa pembeli obligasi akan berjuang untuk menghilangkan kesenjangan anggaran AS yang menguap. Pemerintahan Trump memproyeksikan defisit fiskal lebih dari $ 1 triliun untuk tahun anggaran penuh, yang berakhir 30 September ini.

Laporan TIC juga menggarisbawahi bagaimana investor Jepang yang haus pendapatan telah bergegas ke pasar utang A.S. untuk mencari aset dengan imbal hasil positif meskipun biaya lindung nilai mata uang yang besar terkait dengan pembelian obligasi dalam mata uang dolar.

Obligasi AS menjadi salah satu tempat di mana bisa mendapatkan hasil yang relatif tinggi dan positif untuk aset yang bebas risiko. Sementara pasar obligasi domestik Jepang telah ditandai dengan imbal hasil nol. Imbal hasil obligasi Jepang dengan tenor 10-tahun diperdagangkan negatif-23 basis poin.

Tetapi biaya untuk melakukan lindung nilai terhadap fluktuasi yang terlalu besar di pasar mata uang dapat menghapus keuntungan dari perbedaan hasil antara AS dan Jepang. Hal ini membuat surat utang Eropa yang juga menghasilkan lebih rendah atau minus juga lebih menarik daripada Obligasi AS.

Itulah sebabnya banyak perusahaan asuransi dan dana pensiun sering mengabaikan penggunaan lindung nilai mata uang untuk mempertahankan pendapatan yang diperoleh dari investasi dalam mata uang dolar AS mereka. Pembeli tersebut mungkin merasa nyaman dengan kekuatan lanjutan greenback terhadap mata uang pasar maju lainnya meskipun ada pemotongan suku bunga Fed pada bulan Juli kemarin. (Lukman Hqeem)