ESANDAR, Jakarta – Jepang dan Australia sama-sama memilih untuk mempertahankan suku bunga saat ini. Meskipun kedua bank sentral ini yakin bahwa perekonomian nasional mereka membaik, namun keputusan ini lebih dipilih untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonominya.
Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda pada hari Selasa (06/02/2018) mengesampingkan kemungkinan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini. Disisi lain, Kuroda tetap optimisa mengenai prospek ekonomi. Namun ia tetap menekankan bahwa inflasi tetap terlalu rendah untuk bisa menarik kebijakan stimulus Bank of Japan.
Kuroda juga mengatakan bahwa dia tidak melihat ada masalah besar yang timbul dari pembelian dana exchange-traded (ETF) BOJ, yang menunjukkan bahwa bank tersebut akan mempertahankan laju pembelian saat ini. “Inflasi Jepang bahkan belum mencapai 1 persen. Karena itu, tidak tepat untuk memperbaiki kebijakan moneter secara prematur hanya untuk menciptakan ruang kebijakan di masa depan,” kata Kuroda kepada parlemen. Dimana “Tidak tepat menaikkan target yield obligasi pemerintah 10 tahun sekarang, meski dengan margin kecil,” katanya.
Imbal hasil obligasi global telah meningkat dan harga saham telah merosot pada kekhawatiran investor bahwa bank sentral utama akan mengembalikan stimulus modus krisis lebih awal dari perkiraan. Kuroda mengatakan fundamental di balik harga saham tetap solid karena ekonomi Jepang, A.S. dan Eropa berada dalam “bentuk yang sangat baik.”
Berdasarkan kebijakan yang dijuluki kurva imbal hasil (YCC), BOJ membimbing suku bunga jangka pendek di minus 0.1 persen dan yield obligasi 10 tahun sekitar nol persen untuk mencapai target inflasi 2 persen.
Keputusan untuk mempertahankan suku bunga, juga dilakukan oleh Royal Bank Australia. Sebagaimana diputuskan kemarin, bahwa mereka akan tetap mempertahankan suku bunga saat ini 1,50%. RBA berharap suku bunga yang rendah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Dalam kesempatan pertemuan tetap bulan Februari ini, RBA menyampaikan pandangan mereka terhadap proyeksi ekonomi Australia. Ekonomi Australia diperkirakan akan tumbuh berkisar 3% dalam jangka menengah dan Bank Sentral Australia mengatakan bahwa mereka akan tetap konsisten dengan kebijakan guna mencapai target inflasi dan pertumbuhan.
Selanjutnya, pada sektor investasi diluar kategori pertambangan terlihat tengah mengalami peningkatan, sedangkan untuk tingkat konsumsi rumah tangga perlu diperhatikan lebih lanjut mengingat sektor ini belum memiliki kepastian yang tepat.
Sementara di sektor pasar tenaga kerja Australia, RBA memperkirakan bahwa pasar tenaga kerja akan terus membaik yang disertai oleh penurunan tingkat pengangguran secara perlahan. Meski demikian, hambatan lain yang muncul pada pasar tenaga kerja Australia ini telah terlihat pada angka pertumbuhan upah yang masih rendah, namun RBA memperkirakan pertumbuhan upah akan kembali meningkat dalam beberapa waktu mendatang. (Lukman Hqeem)