Harga Minyak Naik, Iran Siap Melepas Produksinya.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Iran sebagai produsen minyak ketiga terbesar dalam OPEC, menyatakan siap akan melepas produksinya jika organisasi kartel ini mencabut pengetatan produksi minyak.

OPEC pada pertemuan bulan Juni nanti, akan membahas masalah pembatasan produksi kembali. Sejauh ini, baik OPEC dan Rusia telah mencapai kesepakatan dalam melakukan pembatasan produksi minyak setidaknya hingga akhir tahun ini. Tujuannya adalah menaikkan harga minyak saat ini dan mengurangi pasokan dari pesaingnya, Amerika Serikat termasuk produksi minyak serpih pula.

Pemotongan produksi secara kolektif, yang mulai berlaku bagi anggota OPEC sejak Januari tahun lalu, menargetkan penurunan sekitar 1,8 juta barel per hari. OPEC mengizinkan Iran, yang sedang berjuang untuk memodernisasi ekonominya setelah bertahun-tahun mendapat sanksi internasional, untuk meningkatkan produksi menjadi sekitar 3,8 juta barel per hari. Bulan lalu, Iran mempu mencapai produksi 3,83 juta barel per hari.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh mengatakan bahwa Iran dapat dengan cepat meningkatkan produksi minyak mentah jika OPEC melepas pembatasan produksi global. Negara Para Mullah itu dapat meningkatkan produksi harian setidaknya 100.000 barel dalam lima atau enam hari.  jika OPEC memutuskan bahwa harga minyak mentah cukup tinggi untuk membenarkan pengakhiran program pemangkasan produksi minyaknya bersama para produsen lain.

“Kami selalu menambahkan ke tingkat produksi kami, dari Karoun Barat dan Azadegan,” kata Zanganeh pada hari Minggu (04/02/2018), merujuk pada dua daerah penghasil minyak di Iran barat dekat perbatasan Irak. Menurutnya Iran sejauh ini telah melakukan “pengekangan diri” dalam pemompaan untuk mengakomodasi keputusan kelompok pengekspor minyak tersebut pada bulan November untuk mempertahankan program pemotongan tersebut.

Zanganeh mengatakan keinginan mereka untuk membuat keputusan yang tepat pada bulan Juni nanti. Mereka akan berbicara dalam pertemuan tersebut agar OPEC mencabut pembatasan ini. Meski demikian, Zanganeh menangkap kesan bahwa anggota OPEC memang tidak mengejar minyak yang sangat mahal. Harga minyak yang sangat mahal menyebabkan fluktuasi harga pada jangka menengah, pungkasnya.

Minyak mentah Brent, sebagai patokan harga minyak internasional, telah menguat 48 persen sejak produsen pertama kali setuju untuk menghentikan produksi. Sayangnya dalam perdagangan awal minggu ini, harga minyak Brent diperdagangkan turun di harga $68,58 per barel.

Penurunan harga minyak baik jenis brent dan WTI didorong oleh penguatan nilai Dolar AS. Sejumlah indikator ekonomi AS terkini, memberi sokongan bagi Dolar AS untuk menguat. Kondisi ini tentu membuat harga minyak mengalami tekanan kembali mengingat sebagian besar perdagangan minyak menggunakan mata uang AS ini sebagai alat tukar sehingga ada kesan bahwa harga minyak sedang lebih mahal upaya belinya.

Pelemahan harga minyak juga terjadi setelah dalam laporan mingguannya, Baker Hughes bahwa 6 kilang pengeboran minyak AS telah diaktifkan sehingga total rig yang aktif berjumlah 765, tertinggi sejak Agustus tahun lalu. Harga minyak WTI ditutup melemah $1,90 atau 2,90% di level $63,55 per barel.

Dengan harga Brent di level $67 per barel, sewaktu-waktu bisa memantul kembali ke atas atau juga bisa ke bawah sebelum melakukan konsolidasinya. Hal ini terjadi karena beberapa produsen minyak tersebut juga sudah mulai menurunkan harga penjualannya termasuk produsen minyak Rusia dan Arab Saudi.

Penurunan harga minyak juga terjadi karena pengaruh laporan EIA yang menyatakan produksi minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 44 ribu bph menjadi 9,919 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.

Kondisi harga minyak masih bisa naik, sesuai pandangan dari Goldman Sachs yang menilai masalah kepatuhan OPEC dalam menjaga pasokan minyak dunia serta sisi permintaan dunia yang terus meningkat membuat persediaan minyak dunia akan terus menurun pada tahun ini dan dunia membutuhkan sumber-sumber produksi baru untuk memenuhi kebutuhan.

Pandangan Goldman Sachs memang harus diwaspadai di saat beberapa kilang pengolahan minyak dunia masuk masa-masa pemeliharaannya setelah musim dingin di belahan Utara bumi sudah menghilang sehingga biasanya sisi permintaan minyak akan berkurang.

Sementara itu, kilang Motiva di Texas dengan kapasitas pengolahan hingga 603 ribu bph direncanakan akan masuk masa pemeliharaan selama sebulan penuh sehingga pasokan dari kilang terbesar di AS tersebut akan hilang. (Lukman Hqeem)