Harga emas naik menggila. (Lukman Hqeem/Istimewa)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.


Sementara Dolar AS, penggerak utama harga logam mulia, juga melemah terhadap rival mata uangnya. Terlebih setelah bunga obligasi AS ikut turun, mempengaruhi perdagangan bursa saham yang was-was dengan lonjakan imbal hasil ini sebelumnya.

Mometum koreksi ini dimanfaatkan Emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember dengan melonjak harganya sebesar $ 34,20, atau 2,9%, untuk menetap di $ 1,227.60 per ounce. Ini merupakan penutupan tertinggi sejak 1 Agustus untuk kontrak paling aktif.

Lonjakan ini sebetulnya tidak terlalu mengejutkan. Pasalnya, apa yang terjadi dengan saham dan obligasi akan menguntungkan emas. Sebagai aset surgawi, emas kembali menjadi pilihan saat aset-aset yang beresiko tersebut tumbang. Dengan potensi yang demikian, harapan agar harga emas bisa menyentuh $ 1.300 sebelum akhir tahun, bisa terbuka.

Logam mulia sebagai tempat singgah investor untuk berlindung dalam aksi hedging, tidak menawarkan imbal hasil, komoditas tersebut rentan terhadap kemerosotan di lingkungan dengan tingkat kenaikan. Iklim itu juga cenderung mengangkat dolar, meredupkan daya tarik harga emas AS ke investor menggunakan mata uang lainnya. Namun pasar saham juga rentan terhadap meningkatnya imbal hasil obligasi dan kekayaan emas telah tertambat pada ekuitas yang mencatat rekor untuk sebagian besar tahun ini.

Pada perdagangan hari Kamis (10/10), indeks dolar AS turun hampir 0,5% pada 95,074, meskipun masih mencatat kinerja positif sepanjang tahun ini denga naik 3% sejauh ini. Kenaikan ini berkontribusi terhadap penurunan emas lebih dari 6% dalam rentang waktu yang sama. Imbal hasil Obligasi tenor 10-tahun turun lebih dari 7 basis poin menjadi 3,148%.

Kenaikan suku bunga, yang tercermin baik dalam kebijakan Federal Reserve dan refleksi pasar obligasi dari kebijakan itu, telah menjadi katalis utama di pasar keuangan. The Fed telah meningkatkan suku bunga tiga kali pada 2018 dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya pada Desember, serta melanjutkan tren pengetatan bertahap pada 2019, menurut perkiraan Fed sendiri. Tindakan Fed menarik kritik baru dari kampanye Presiden Donald Trump Rabu malam.

Disisi lain, saat ini pasar telah mengesampingkan rasa takut akan berkurangnya permintaan fisik dan telah memeluk harapan untuk peningkatan permintaan emas sebagai tujuan investasi. Dorongan kenaikan harga lebih lanjut, memerlukan tingkat kecemasan tinggi dari penurunan harga ekuitas untuk memfasilitasi aliran pembelian spekulatif yang konsisten ke dalam emas. (Lukman Hqeem)