ESANDAR, Jakarta – Harga emas pada perdagangan awal minggu ini menguat didorong oleh panasnya suhu geopolitik di Semenanjung Korea. Pelaku pasar melakukan aksi beli kembali setelah harga emas jatuh, sekaligus melakukan aksi safe haven mengantisipasi fluktuasi harga ditengah liburnya pasar AS. Pada perdagangan Senin (09/10/2017) harga emas berakhir naik $11,50 atau 0,90% di ke $1286,40 per ons.
Sebelumnya, muncul pernyataan dari pejabat Rusia yang kembali dari mengunjungi Kore Utara bahwa Presiden Kim Jong-un telah menyiapkan rudal nuklir dengan jangkauan lebih jauh dibandingkan sebelum dan bisa segera diluncurkan. Sementara itu, Presiden Donald Trump dalam cuitannya mengisyaratkan kesiapan pasukan AS untuk menggempur Korea Utara dalam waktu dekat.
Kim sendiri yang muncul dalam sebuah pertemuan tahunan Komite Pusat Korea Utara menyatakan bahwa dirinya ingin membuat rudal nuklir semata-mata demi menjaga kewibaannya dan kedaulatan negaranya serta ingin menjangkau AS dengan sekali tembak saja.
Sontak pasar merasa tidak nyaman dan berbalik mencari pengamanan. Momentum yang dipergunakan adalah tren pelemahan paska jeleknya angka Nonfarm Payroll AS yang diumumkan akhir pekan lalu. Meskipun angka tingkat rata-rata pengangguran AS meningkat yang dibarengi dengan kenaikan tingkat upah hingga paling tinggi sejak Desember tahun lalu.
Nonfarm Payroll yang rendah bisa dimaklumi pasar sebagai dampak Badai Irma dan Harvey yang melanda AS. Pengangguran pasti meningkat dengan banyaknya korban yang masih berada di area pengungsian dan belum pulihnya aktifitas ekonomi masyarakat. Disisi lain, penurunan angka pengangguran AS sebagai hasil membaiknya pasar tenaga kerja AS memberikan isyarat membaiknya ekonomi AS. Tentu saja, terciptanya lapangan kerja dan membaiknya tingkat upah dalam jangka panjang, kondisi ekonomi yang membaik ini menjadi katalis bagi kenaikan suku bunga AS. Tentu saja akan memberikan dampak negatif bagi harga emas. (Lukman Hqeem)