bursa saham

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.


Jatuhnya bursa dipicu ketakutan para Investor oleh meningkatnya imbal hasil obligasi. Mereka membuang ekuitas di semua sektor, hingga memicu penurunan pasar yang meluas. Belum lagi tingkat kesulitan investasi yang umum.
Indek Dow Jones tergelincir 831,83 poin, atau 3,2%, menjadi 25.598,74, mencatat penurunan terburuk satu hari sejak Februari.

Indek S & P 500 turun 94,66 poin, atau 3,3%, ke 2,785.68, jatuh untuk hari kelima berturut-turut. Tercatat sebagai penurunan beruntun terpanjang sejak November 2016. Kerugian indek utama didorong sektor teknologi, yang merosot 4,8%, paling curam persentase penurunannya sejak Agustus 2011. Indeks Nasdaq turun 315,97 poin, atau 4,1%, menjadi 7.422,05. Tercatat sebagai penurunan terbesarnya sepanjang 2018.


Kenaikan suku bunga menjadi penyebab langsung kejatuhan ini. Ketika tingkat suku bunga melonjak seperti saat ini, beberapa reaksi tidak dapat dihindari. Tingkat suku bunga adalah dasar penilaian dalam semua aset keuangan, dan ketika ini naik akan mengguncang segalanya. Titik di mana investor harus mulai memperhatikan adalah ketika S & P 500 turun di bawah rata-rata pergerakan 200 hari di 2,765.


Aksi di pasar juga dipengaruhi secara negatif oleh kenaikan bunga obligasi dan suku bunga acuan Federal yang lebih tinggi. Meskipun disisi lain, keduanya juga dapat menandakan fase baru di pasar pascakrisis setelah periode bunga ultra rendah.
Kenaikan bunga pinjaman yang lebih curam untuk perusahaan dan investor, menyebabkan penilaian ulang dari penilaian ekuitas.

Selain itu, kenaikan bunga obligasi yang bebas risiko dapat menarik investor menjauh dari ekuitas, yang dianggap sebagai aset yang relatif lebih berisiko. Namun, bunga yang tinggi juga dilihat sebagai cerminan dari ekonomi yang kuat, terlebih dengan didukung oleh sejumlah data ekonomi yang kuat. Pada hari Rabu, imbal hasil Treasury 10-tahun AS sedikit menurun setelah naik ke 3,23%.


Pedagang melihat prospek perbaikan dimasa depan seiring dengan mulainya musim laporan laba di kuartal ketiga, yang secara tidak resmi dimulai akhir pekan. Investor menunggu sejumlah laporan dari emiten keuangan utama. Secara umum, pertumbuhan laba diperkirakan akan kuat, yang dapat memberikan dukungan terhadap harga ekuitas, meskipun ada beberapa kekhawatiran bahwa ekspektasi terlalu tinggi, dapat menyebabkan kekecewaan.


Dalam jangka pendek, bursa saham AS diyakini akan memasuki zona jenuh jual. Ada potensi penguatan kembali karena S & P berusaha menguji level support pertama pada garis pergerakan harga selama 50 hari. Sementara Nasdaq berada pada rata-rata pergerakan 100 hari.


Dalam data ekonomi terbaru, indeks harga produsen naik 0,2% pada bulan September, sementara PPI inti naik 0,4%. Secara terpisah, persediaan grosir di AS naik 1% pada bulan Agustus.

Sehari sebelumnya, Gubernur Bank Sentral AS wilayah Dallas Rob Kaplan mengatakan dia melihat beberapa tekanan inflasi yang membangun, tetapi dia tidak berpikir akan ada lonjakan harga yang tiba-tiba. Dia juga mengatakan dia melihat risiko harga minyak yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.


Presiden Donald Trump pada hari Selasa telah mengulangi kritiknya terhadap kebijakan Fed. Menurutnya bank sentral tidak harus “buru-buru” dalam menaikkan suku bunga.
Sebagaimana diketahui, bahwa The Fed telah menaikkan suku bunga tiga kali tahun ini dan telah mengindikasikan akan melakukannya lagi pada bulan Desember nanti.


Baru-baru ini, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin memperingatkan Beijing agar tidak melakukan devaluasi yuan yang kompetitif. Ia berhenti menuduh Cina dengan sengaja melemahkan mata uangnya.


Sementara itu, bursa saham Asia harus ditutup bervariasi. Perdagangan bursa saham di Cina sedikit lebih tinggi. Sedangkan indek bursa saham Eropa cenderung lebih rendah.


Pada perdagangan komoditi, harga minyak turun di tengah tanda-tanda bahwa ekspor minyak mentah Iran jatuh akibat sanksi yang diberlakukan kembali. Investor juga memantau risiko apa pun terhadap infrastruktur energi ketika Badai Michael menghantam Panhandle Florida. Harga emas sendiri menetap sedikit lebih tinggi ketika indeks dolar AS melemah. (Lukman Hqeem)