ESANDAR, Jakarta – Inggris membutuhkan masa transisi paska resmi keluar dari Uni Eropa. Hal ini untuk mempertahankan hubungan dan kerja sama yang selama ini sudah terjalin.
Menurut anggota Parlemen Inggris, masa transisi yang diperlukan setidaknya dua tahun. Untuk itu, perlu adanya kesepakatan London – Brussel segera dalam hitungan minggu. Tuntutan ini sangat mendesak agar bisa menghentikan aksi pemindahan keluar sejumlah perusahaan dari operasional mereka di Inggris.
Komisi Keuangan lintas partai di Parlemen Inggris menilai bahwa beberapa sektor, termasuk sektor keuangan yang paling perlu masa transisi ini. Demikian dikatakan pada Kamis (14/12/2017).
Sejauh ini, memang banyak perusahaan telah menyusun rencana kontinjensi menjelang saatnya Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada bulan Maret 2019. Minimnya kejelasan tentang akses masa depan mereka ke blok yang menyumbang hampir setengah dari ekspor Inggris tersebut, membuat mereka berpikir untuk memindahkan operasional keluar.
Para bank sebelumnya mengatakan bahwa mereka menginginkan kesepakatan untuk menjembatani periode antara akhir fase transisi Brexit dan dimulainya hubungan permanen dan baru UK dengan Uni Eropa untuk menyesuaikan diri dengan perubahan cara mereka beroperasi.
“Pada tahap ini, panitia tidak membuat rekomendasi tentang desain atau durasi periode berikutnya, kecuali bahwa, tidak seperti periode yang macet, tidak perlu melibatkan UK untuk menerapkan kerangka peraturan Uni Eropa yang ada di semua sektor,” kata komite itu.
Brexit juga akan menjadi sorotan Bank of England (BoE) di pertemuannya hari ini. Pandangan BoE mengenai Brexit akan diteliti oleh para investor setelah bank sentral itu mengumumkan keputusan kebijakan pertamanya sejak menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade pada bulan lalu.
Baik pasar keuangan dan para ekonom memperkirakan para pejabat BoE akan menunggu hampir setahun sebelum menaikkan suku bunga lagi, kecepatan pengetatan yang jauh lebih lambat daripada Federal Reserve.
Langkah pengetatan sangat bertahap yang diisyaratkan oleh BoE di bulan lalu mencerminkan ketidakpastian mengenai dampak ekonomi dari perundingan yang sedang berlangsung untuk meninggalkan Uni Eropa, serta tekanan inflasi yang lemah. (Lukman Hqeem)