Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Laju inflasi di Jepang dilaporkan hari Jumat (21/12) melambat untuk bulan November. Ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Bank of Japan bisa menunda rencana pemangkasan kebijakan stimulus untuk jangka waktu yang lebih lama.


Sebelumnya, pada hari Kamis kemarin Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda telah memberikan peringatan bahwa meningkatnya risiko ekonomi membuat bank sentral terbuka terhadap gagasan untuk meningkatkan stimulus dan bukan memangkasnya.


Data indeks harga konsumen inti Nasional, tidak mencakup biaya makanan segar, dilaporkan naik 0.9% year-on-year di periode November. Lebih rendah dibandingkan kenaikan 1.0% di bulan Oktober dan perkiraan pasar sebelumnya.


Laju inflasi Jepang terbebani dengan jatuhnya harga minyak, yang diperkirakan akan berlanjut di musim semi tahun depan ketika terjadi penurunan biaya bahan bakar memberikan tekanan terhadap tagihan listrik dan gas. Pencapaian target inflasi menjadi sulit dipahami. Bank of Japan dapat dipaksa untuk merespon jika risiko penurunan terhadap ekonomi dinilai mengalami peningkatan.


Pelemahan ini sangat mengkhawatirkan bagi Bank of Japan. Dimana mereka saat ini terfokus mencari upaya menaikkan penguatan pertumbuhan ekonomi. Bagi BoJ, perlambatan inflasi inti tentu menjadi kekecewaan besar. Hal ini bahkan bisa bertahan seiring harga produsen barang-barang konsumsi menghentikan kenaikan di bulan November.


Bagaimana tidak, inflasi yang tidak sesuai target telah menghancurkan harapan dari bank sentral dari upaya pemulihan ekonomi yang kuat. Mereka mengharapkan hasil yang lebih tinggi, sebelum mereka memutuskan untuk mengurangi kebijakan stimulus. Bagaimanapun juga, kebijakan yang dijalankan dalam waktu yang lebih lama, akan mengikis keuntungan dari sektor keuangan.


Keputusan untuk mempertahankan kebijakan stimulus, juga berasal dari IMF. Lembaga donatur internasional ini telah meminta BoJ tetap mempertahankan stimulus. Alasannya efek samping yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter yang longgar dianggap masih belum cukup memberikan manfaat. (Lukman Hqeem)